Jumat, 06 Februari 2009

Perancangan SIM Peminjaman Alat

PERANCANGAN SIM PEMINJAMAN ALAT
JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
DFD Level 0

DFD Level 1

Asumsi Pada Level 1
Dosen selaku peminjam alat mengajukan permohonan peminjaman ke bagian peminjaman alat. Bagian peminjaman alat melakukan entry data peminjaman pada komputer yang terhubung dengan sistem informasi peminjaman alat dan mengecek ketersediaan alat. Bila alat yang ingin dipinjam tidak ada, maka disampaikan ke peminjam. Bila alat tersebut ada, maka dengan mempertimbangkan kondisinya, alat dapat dipinjamkan ke peminjam setelah peminjaman yang terjadi dientry dan datanya disimpan pada proses data storage di bagian peminjaman alat. Setelah selesai masa peminjaman yang ditetapkan, maka dosen mengembalikan alat dan proses pengembalian ini dientry untuk menyelesaikan peminjaman alat.
DFD Level 2-1

Asumsi Pada Level 2 Untuk 1
Pada DFD ini digambarkan secara khusus proses permohonan peminjaman alat. Dosen mengajukan permohonan peminjaman ke bagian peminjaman alat. Permohonan peminjaman alat tersebut dientry oleh petugas di bagian peminjaman alat ke komputer. Untuk mencegah terkendalanya pencarian ketersedian alat, maka data permohonan peminjaman tersebut disave. Data Storage pada proses ini perlu dilakukan sebagai referensi informasi untuk mengadakan alat yang sering dipinjam dan dibutuhkan.
DFD Level 2-2

Asumsi Pada Level 2 Untuk 2
Setelah proses permohonan peminjaman alat dilaksanakan, maka dilanjutkan dengan proses pengecekan ketersediaan alat. Bila alat yang ingin dipinjam tidak ada, maka segera disampaikan kepada peminjam dengan alasan yang didasarkan pada informasi yang diperoleh. Bila alat tersebut ada, maka perlu dicari lagi informasi mengenai kondisi alat. Bila alat dalam kondisi rusak dan hanya tersedia satu-satunya, maka disampaikan informasinya kepada peminjam agar penolakan peminjaman dapat dimaklumi. Hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah kerusakan yang lebih parah pada alat. Bila tersedia cadangan alat yang kondisinya baik, maka atas kesepakatan antara peminjam dan bagian peminjaman alat, cadangan itu disetujui untuk dipinjamkan. Bila kondisi alat baik, maka peminjaman dapat langsung disetujui. Proses peminjaman dientry dan disimpan pada data storage di bagian peminjaman alat.
DFD Level 2-3

Asumsi Pada Level 2 Untuk 3
Setelah masa peminjaman alat yang ditentukan selesai, maka dosen selaku peminjam mengembalikan alat. Bagian peminjaman alat menerima dan memeriksa kondisi alat sesudah dan sebelum dipinjamkan, terutama dari segi kelengkapan alat. Data pengembalian alat dientry dan disimpan pada data storage di bagian peminjaman alat sebagai informasi bagi peminjaman alat yang serupa di lain waktu.
ERD (Entity Relationship Diagram)


Table 1. Dosen Pengajar.
Untuk dosen pengajar, informasi yang perlu dilampirkan adalah NIP, Nama Dosen, Mata Kuliah yang dibawakan, Alamat, Nomor Telepon. Untuk NIP, Nama Dosen, merupakan identitas yang akan mengikat peminjam secara spesifik. Mata kuliah yang dibawakan akan menjadi acuan untuk menentukan lamanya peminjaman alat. Alamat dan Nomor Telepon akan menjadi informasi tambahan bila ada hal-hal berkaitan peminjaman yang harus dikonfirmasi bila dosen berada di luar lingkungan institusi.

Table 2. Bagian Peminjaman Alat.
Tabel bagian peminjaman alat ini menyajikan informasi yang memuat NIP, Nomor ID, Nama, Jabatan dari petugas yang bertugas pada setiap peminjaman alat. Informasi Jurusan menunjukkan bahwa Sistem Informasi Manajemen yang dijalankan tersebut diperuntukkan bagi Bagian Peminjaman Alat Jurusan Administrasi Niaga. Dan Shift menunjukkan pembagian jadwal petugas yang bersangkutan.

Table 3. Mata Kuliah.
Tabel mata kuliah ini memuat informasi yang menjabarkan identitas tentang mata kuliah yang berkaitan dengan peminjaman alat, di mana peminjaman alat dilakukan diperuntukkan untuk mata kuliah tersebut. Identitas yang perlu dilampirkan sehubungan dengan mata kuliah tersebut adalah Program, Jurusan, Materi Kuliah, serta peng-kode-an mata kuliah.

Table 4. Alat.
Tabel alat ini menjabarkan informasi dari alat yang dipinjam, yang memuat Nomor Inventaris Alat, Nama Alat, Keperluan Peminjaman, Ketersediaan Unit, Tanggal dan Jam Peminjaman, Lama Peminjaman, Tanggal dan Jam Peminjaman, dan Kondisi Alat.

Proposal SIM Peminjaman Alat

BAB I
P E N D A H U L U A N

1.1. LATAR BELAKANG
Peralatan yang digunakan untuk memperlancar kegiatan - kegiatan belajar mengajar merupakan aset bagi suatu perguruan tinggi. Minimnya ketersediaan alat-alat bantu mengajar seperti Slide Projector, Overhead Projector, laptop akan mempengaruhi mutu dan progress (percepatan) aktivitas yang diselenggarakan. Ketersediaan peralatan ini merupakan faktor pendukung utama dalam penyelenggaraan kegiatan di politeknik mengingat karakteristik politeknik yang menerapkan lebih banyak praktik secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar. Peralatan tersebut harus dikelola agar dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pihak-pihak berkepentingan di lingkungan Politeknik Negeri Bandung termasuk Jurusan Administrasi Niaga. Pihak-pihak berkepentingan yang dimaksud mencakup dosen pengajar dan peserta didik (mahasiswa dan karyasiswa).
Dengan mempertimbangkan segi kuantitas dari peralatan yang tersedia di Jurusan Administrasi Niaga, maka perlu dilakukan optimalisasi sistem peminjaman peralatan. Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi, maka pengelolaan manajemen yang baik tentunya juga harus disertai dengan peningkatan kemampuan individual skill yang baik pula dalam sebuah organisasi.
Jurusan Administrasi Niaga yang memiliki beberapa program studi dengan berbagai aktivitas membutuhkan pelayanan terhadap kebutuhan informasi tentang peminjaman alat untuk menunjang aktivitas-aktivitas jurusan. Program Studi Manajemen Aset merupakan bagian dari Jurusan Administrasi Niaga yang diharapkan dapat melakukan pengelolaan aset secara optimal, termasuk dapat merencanakan Sistem Informasi Manajemen terpadu yang lebih efektif dan efisien. Sistem Informasi Manajemen Peminjaman Alat sebagai media pengolahan informasi akan menciptakan akurasi, kecepatan, dan kelengkapan sebuah sistem yang terintegrasi, sehingga aktivitas dalam organisasi menjadi lebih efisien, terukur, dan fleksibel. Kurang optimalnya pengelolaan peralatan dalam suatu organisasi, dapat menyebabkan terhambatnya keseluruhan aktivitas.

1.2. PERUMUSAN MASALAH
Ada beberapa masalah yang perlu diperhatikan dan dikembangkan dalam perencanaan Sistem Informasi Manajemen Peminjaman Alat, antara lain :
1. Tidak sesuainya jumlah peminjaman terhadap ketersediaan alat.
2. Sistem peminjaman alat yang belum terintegrasi dengan baik.
3. Kurangnya informasi tentang kondisi dan jumlah peralatan sebelum dan sesudah peminjaman alat.

1.3. BATASAN MASALAH
Berdasarkan perumusan masalah dalam Sistem Informasi Manajemen Bagian Peminjaman Alat di Program Studi Manajemen Aset, maka akan dibatasi sebagai berikut:
1. Terkendalanya peminjaman alat bantu untuk kegiatan belajar mengajar dan ekstra kurikuler.
2. Prosedur peminjaman alat yang belum online pada jaringan komputer.
3. Kerusakan dan kehilangan peralatan.


1.4. T U J U A N
Sistem Informasi Manajemen Peminjaman Alat bertujuan sebagai media pengelolaan peminjaman alat secara lebih efisien dan efektif yang diharapkan mampu memperlancar proses belajar mengajar di Jurusan Administrasi Niaga pada umumnya dan secara khususnya di Program Studi Manajemen Aset.
Dengan pembahasan berikutnya, maka secara lebih rinci Sistem Informasi Manajemen Peminjaman Alat ini mempunyai beberapa tujuan antara lain :
1. Dapat menyediakan informasi-informasi yang berkaitan dengan peminjaman alat secara akurat dan aktual.
2. Terlaksananya pengelolaan peminjaman alat dengan prosedur-prosedur yang lebih ramping sehingga dapat memperlancar aktivitas belajar mengajar.
3. Menerapkan prosedur yang baku dan logis untuk penanganan kerusakan dan kehilangan peralatan, baik bagi pihak Bagian Peminjaman Alat maupun pihak peminjam dalam hal ini dosen pengajar.

BAB II
LANDASAN TEORI

Sistem Informasi Manajemen mengacu pada aktivitas yang memusatkan pada struktur basis data yang akan digunakan untuk menyimpan dan mengatur pengguna akhir data (end user). Sistem Informasi Manajemen yang baik dapat memenuhi semua kebutuhan pengguna sehingga strukturnya harus dirancang dengan cermat.
Dalam perancangan Sistem Informasi Manajemen dibutuhkan perancang untuk mengidentifikasi dengan tepat penggunaan sistem informasi diharapkan. Sistem informasi yang terencana dengan baik akan memudahkan pengelolaan data dan memberikan manfaat yang menguntungkan bagi aktivitas-aktivitas yang terintegrasi pada sistem informasi.
Pendekatan sistem merupakan sebuah metodologi yang dapat memperlancar aktivitas organisasi serta pemecahan masalah yang merupakan dampak dari aktivitas-aktivitas tersebut. Kebanyakan metodologi dalam pengembangan sistem memuat prinsip-prinsip dasar sebagai berikut :
1. Menentukan kebutuhan untuk membangun sistem.
2. Menjelaskan tujuan sistem.
3. Menentukan rancangan kebutuhan informasi yang disediakan sistem.
4. Merancang aplikasi dan basis data.
5. Membangun, menguji, dan menerapkan aplikasi dan basis data.

Sebagian besar metodologi mengacu kepada metode tradisional, di mana suatu sistem diibaratkan menjalani siklus yang sama pada siklus makhluk hidup. Metode tradisional ini kemudian dinamakan dengan Metode Siklus Hidup atau System Development Life Cycle ( SDLC ).
Metode Siklus Hidup merupakan metode pengembangan sistem informasi yang mengadopsi siklus pada makhluk hidup dimana setiap tahapan siklus siklus merupakan bagian-bagian yang dilaksanakan secara berurutan dan saling mempengaruhi keberhasilan setiap tahapan. Tahapan-tahapan dalam Metode Siklus Hidup terdiri atas :
1. Tahap Perencanaan, mencakup
a. Pembentukan organisasi pengembangan sistem.
b. Pendefinisian proyek.
c. Membuat studi kelayakan proyek.
d. Membuat proposal proyek.
2. Tahap Analisis, mencakup studi sistem yang ada.
3. Tahap Perancangan, mencakup :
a. Perancangan sistem.
b. Pemrograman.
4. Tahap Implementasi, mencakup instalasi.
5. Tahap Pemakaian, mencakup :
a. Operasi.
b. Pemeliharaan.
Dalam tahap perencanaan dilaksanakan pembentukan struktur tim yang akan mengembangkan sistem informasi. Kemudian dimantapkan kembali pengenalan kepada kondisi aktivitas organisasi yang akan diintegrasikan dalam pengembangan sistem informasi. Selain itu, dipertimbangkan pula segi manfaat pengembangan sistem informasi bagi peningkatan kinerja organisasi sehingga dapat diputuskan untuk menyusun proposal pengembangan sistem.
Pada tahap analisis, dilakukan studi terhadap sistem yang ada dan masih berjalan, serta kekurangan-kekurangan sistem yang menghambat aktivitas organisasi. Berdasarkan kasus-kasus yang sering terjadi pada sistem dan kriteria peningkatan sistem yang diharapkan, maka dilakukan identifikasi terhadap masalah-masalah yang dapat terjadi sebagai dampak dari sistem yang ada, kriteria kinerja yang hendak dicapai, kebutuhan informasi yang akan dikembangkan pada sistem, dan alternatif solusi disertai spesifikasi dan analisa kelayakan dari setiap alternatif yang diusulkan.
Berdasarkan pemilihan solusi terbaik dari alternatif solusi di tahap analisis, pada tahap perancangan dilaksanakan perancangan solusi tersebut bagi pengembangan sistem informasi yang ada disertai spesifikasi rancangan pengembangan sistem yang diharapkan. Setelah disepakati bersama, maka hasil rancangan itu diaplikasikan dalam bahasa pemrograman komputer, agar dapat dioperasikan melalui komputer pada jaringan sistem informasi.
Setelah perancangan sistem informasi yang baru dihasilkan dalam bentuk program komputer, maka sistem informasi tersebut diimplementasikan dengan tahap instalasi dimana terjadi peralihan dari sistem informasi lama ke sistem informasi baru. Dalam menginstalasi sistem informasi yang baru, perlu dijaga agar tidak menimbulkan konflik akibat pergantian sistem informasi ini.
Tahap pemakaian merupakan tahap dimana telah terjadi kemantapan bagi organisasi untuk menjalankan sistem informasi terbaru setelah diinstalasi. Dalam tahap pemakaian ini, operasi sistem informasi terbaru benar-benar diterapkan pada organisasi dan dipantau kemampuannya dalam meningkatkan kinerja organisasi. Bersamaan dengan operasinya, maka dilakukan juga pemeliharaan untuk memaksimalkan fungsi sistem informasi yang baru.

BAB III
PEMECAHAN MASALAH

Dalam pembahasan ini, akan disajikan metode untuk menemukan solusi yang diharapkan akan meningkatkan Sistem Informasi Manajemen Peminjaman Alat di Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Bandung secara umumnya khususnya di Program Studi Manajemen Aset. Adapun metode yang akan dikembangkan adalah metode siklus hidup yang mencakup tahap perencanaan, tahap analisis, tahap perancangan, tahap implementasi, dan tahap pemakaian.

3.1. Tahap Perencanaan
Pengembangan sistem informasi dengan metode siklus hidup diawali dengan tahap perencanaan. Dalam merencanakan suatu sistem informasi, maka dilakukan beberapa langkah berikut secara berurutan dan cermat, agar rencana pengembangan sistem dapat memenuhi kebutuhan informasi yang selama ini belum optimal pelayanannya.

3.1.1. Pembentukan Organisasi Pengembangan Sistem
Penentuan pengembangan sistem dilakukan oleh Komite Eksekutif yang terdiri dari eksekutif puncak organisasi. Kemudian, Komite Eksekutif tersebut memilih personil dari tingkatan eksekutif organisasi, manajer tingkat atas, dan konsultan bila diperlukan untuk membentuk Komite Pengarah Sistem Informasi (Steering Committee) yang bertugas memberikan petunjuk, pengarahan dan kontrol.
Komite Pengarah ini memiliki kewenangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan sehingga sistem informasi yang akan dibentuk dapat menjamin tercapainya tujuan organisasi, pengontrolan keuangan yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem dan pelaksanaan penyelesaian konflik-konflik dan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan peminjaman alat. Komite Pengarah membentuk tim proyek yang diketuai oleh pemimpin proyek yang secara langsung berhubungan dengan pekerjaan pengembangan sistem secara rinci. Tim proyek ini terdiri atas seluruh bagian yang berperan pada pengembangan sistem, meliputi pemakai, para spesialis informasi dan petugas audit internal jika diperlukan.

3.1.2. Pendefinisian Proyek
Kebutuhan dosen dan mahasiswa terhadap peralatan tidak terlepas dari kebutuhan informasi tentang ketersediaan dan kondisi peralatan itu sendiri. Untuk itu, pada Jurusan Administrasi Niaga telah diterapkan sistem peminjaman alat dengan pengisian data peminjaman pada formulir yang dikelola langsung oleh Bagian Peminjaman Alat.
Dengan berkembangnya kegiatan perkuliahan di Jurusan Administrasi Niaga, maka ditemukan beberapa permasalahan yang perlu disikapi sebagai berikut :
1. Keterbatasan jumlah alat bantu yang dapat dipinjamkan untuk kegiatan belajar mengajar dan ekstra kurikuler.
2. Keterbatasan pelayanan informasi yang hemat waktu dan tenaga.
3. Gangguan dan hilangnya peralatan akibat peminjaman.
Untuk itu organisasi pengembangan sistem perlu mengembangkan Sistem Informasi Manajemen terutama dalam hal pelayanan informasi peminjaman alat yang terintegrasi dengan jaringan informasi komputer. Dengan pengembangan sistem ini diharapkan :
1. Dapat meningkatkan pelayanan informasi-informasi yang berkaitan dengan peminjaman alat secara akurat dan aktual.
2. Dapat meningkatkan pengelolaan peminjaman alat dengan prosedur-prosedur yang lebih ramping sehingga dapat memperlancar aktivitas belajar mengajar.
3. Dapat membantu pengambilan keputusan dalam penanganan kerusakan dan kehilangan peralatan akibat peminjaman alat.
Untuk mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Peminjaman Alat, maka organisasi pengembangan sistem akan membuat perancangan metode peminjaman alat yang akan menjadi acuan kerja bagi tim proyek pengembangan sistem. Programmer selaku spesialis informasi akan mengaplikasikan perancangan ke dalam bahasa pemrograman komputer dan menghasilkan software (perangkat lunak) yang dapat diintegrasikan pada Sistem Informasi Manajemen oleh pemakai dan petugas audit internal.
Ide-ide untuk pengembangan sistem ini diperoleh dari hasil kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang mengelola peminjaman alat ataupun pihak yang berkepentingan langsung terhadap peralatan. Dari kesepakatan bersama inilah dilaksanakan pengembangan sistem informasi dimana dalam hal ini digunakan metode siklus hidup. Komite Eksekutif, Komite Pengarah Sistem Informasi, serta tim proyek akan bekerja sesuai dengan tugas masing-masing yang dipadukan untuk mencapai tujuan pengembangan sistem dari tahap perencanaan hingga pemakaian.
Untuk isian data yang terdapat dalam form peminjaman alat pada metode sebelumnya tetap direkomendasikan karena masih sesuai dengan kriteria kebutuhan sistem informasi yang akan dikembangkan. Hanya bentuknya akan diaplikasikan dalam software pada pengembangan sistem dan proses entry data dilakukan secara komputerisasi.

3.1.3. Membuat Studi Kelayakan Proyek
Pengembangan sistem ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja bagian peminjaman alat di Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Bandung, sehingga meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam berbagai kegiatan perkuliahan yang membutuhkan peminjaman alat. Pengembangan sistem dalam usulan ini meliputi perancangan metode peminjaman alat secara komputerisasi yang terintegrasi pada Sistem Informasi Manajemen.
Kelebihan yang dimiliki oleh metode peminjaman alat secara komputerisasi yang terintegrasi pada Sistem Informasi Manajemen adalah sebagai berikut :
a. Ditinjau dari aspek teknis, metode ini akan mempermudah proses entry data karena dapat di editing segera bila terjadi kesalahan pengisian data.
b. Ditinjau dari aspek operasional, proses penyimpanan data lebih aman dan rapi karena berbentuk file komputer. Software-nya didesain oleh programmer sedemikian rupa sehingga mudah digunakan oleh pemakai/operator komputer (user friendly).
c. Ditinjau dari aspek waktu, pengisian data peminjaman alat dilakukan oleh operator komputer yang terampil. Dengan demikian, tidak memerlukan banyak waktu untuk melakukan entry data peminjam. Karena entry data dalam software mencakup juga seluruh permintaan data data metode yang lama, maka peminjam dan operator tidak akan kesulitan dalam proses pengisian data.
d. Ditinjau dari aspek pengembalian, dalam operasional metode ini hemat dari segi bahan (kertas, alat tulis) dan ruang penyimpanan data karena data yang di-entry tersimpan dalam bentuk file di harddisk komputer.
e. Ditinjau dari aspek legal dan etikal, metode ini akan membantu pertanggung jawaban dalam peminjaman alat karena informasinya tersimpan rapi dan aman serta terhubung online dengan jaringan komputer di Jurusan Administrasi Niaga. Dengan demikian akan meningkatkan tanggung jawab dari Bagian Peminjaman Alat untuk menjaga akurasi kinerjanya yang bisa selalu dimonitoring dari jaringan komputer yang terintegrasi dalam Sistem Informasi Manajemen.

3.1.4. Membuat Proposal
Berdasarkan studi kelayakan proyek, maka untuk pengembangan Sistem Informasi Manajemen Peminjaman Alat dirincikan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proyek ini.
Penjabaran tugas dari struktur organisasi pengembangan sistem akan diuraikan sebagai berikut :
a. Komite Eksekutif bertugas sebagai pengambil kebijakan dalam penyelenggaraan proyek dan membentuk Komite Pengarah Sistem Informasi (Steering Committee).
b. Komite Pengarah Sistem Informasi (Steering Committee) bertugas memberikan petunjuk, pengarahan dan kontrol dalam pelaksanaan proyek.
c. Tim proyek bertugas secara langsung berhubungan dengan pekerjaan pengembangan sistem secara rinci.
Kebutuhan tenaga kerja, khususnya dalam tim proyek adalah :

Agar pengembangan sistem ini dapat segera mencapai target dengan hasil yang optimal, maka disusunlah jadwal pelaksanaan sebagai berikut:


JADWAL PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PEMINJAMAN ALAT

KEGIATAN MASA PELAKSANAAN PEKERJAAN (per Minggu)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pengumpulan Data
Analisis Data
Desain Program
Uji Coba Program
Laporan Hasil Pekerjaan
Implementasi

3.2. Tahap Analisis
3.2.1. Studi Sistem Yang Ada
Pada saat ini metode yang digunakan dalam menyediakan informasi peminjaman alat di Jurusan Administrasi Niaga adalah metode pencatatan manual yang bisa meninbulkan hambatan dalam pertanggung jawaban dan penyampaian informasi tentang keberadaan dan kondisi peralatan yang dipinjamkan.
Meskipun pada kenyataannya peminjaman alat dengan metode ini dapat dilakukan dengan tertib dan belum menimbulkan masalah yang berarti, tetapi mengingat semakin padatnya kegiatan dan pemberlakuan Sistem Informasi Manajemen di bagian lain yang berkaitan dengan peralatan, dalam metode ini ditemukan kelemahan pada integrasi terhadap Sistem Informasi Manajemen yang terkait.
Berikut ini dilampirkan Form Peminjaman Alat yang biasa digunakan di Jurusan Tata Niaga.

Formulir ini tidak menyediakan kebutuhan informasi mengenai kondisi alat. Padahal informasi mengenai kondisi alat sangat diperlukan sebagai indikator frekuensi pemakaian alat, perilaku pengguna alat dan informasi ini juga berguna untuk pemeliharaan dan pertimbangan pengadaan alat baru. Informasi yang termuat dalam formulir ini juga akan sulit didistrubusikan dengan cepat bila dibutuhkan oleh bagian lain yang berkepentingan terhadap pengelolaan peminjaman alat, karena dilakukan secara manual.
Selain dari itu kondisi dan keberadaan peralatan sebagai penunjang dalam belajar akan lebih baik apabila prosedur peminjaman dan pemakaiannya dikelola dengan Sistem Informasi Manajemen yang terintegrasi dengan baik, sehingga penyampaian informasi tentang ketersediaan dan keberadaan serta kondisi peralatan akan lebih teratur dan terkontrol sehingga kebutuhan informasi satu sama lain akan terpenuhi dengan baik.
Untuk itu, dengan pengembangan sistem ini diharapkan dapat mencapai kriteria kinerja sistem informasi peminjaman alat sebagai berikut :
a. Akurat dan aktual dalam penyajian informasi peminjaman alat.
b. Mudah dan hemat waktu dalam proses entry data peminjaman alat.
c. Aman dan rapi dalam penyimpanan dan penyajian informasi peminjaman alat.
d. Kemungkinan gagal operasional yang sangat minim.
e. Pertanggungjawaban yang teliti dan jelas.
Kebutuhan informasi yang akan dikembangkan pada sistem informasi peminjaman alat adalah :
a. Ketersediaan alat.
b. Kondisi alat sebelum dan sesudah peminjaman.
c. Jadwal dan rencana pemakaian alat.
d. Frekwensi rata-rata pemakaian alat.
Dalam pengembangan sistem ini terdapat beberapa alternatif dilihat dari keberadaan metode peminjaman alat yang lama, yaitu :
a. Tidak melakukan perubahan pada metode lama dan terus dijalankan.
b. Memadukan metode hasil pengembangan sistem dengan metode lama.
c. Mengembangkan sistem yang sungguh-sungguh baru.
Dalam usulan ini, pengembangan sistem yang diharapkan dilakukan dengan memadukan metode hasil pengembangan sistem dengan metode lama. Dengan demikian, maka tidak akan menimbulkan kesulitan dalam penyesuaian terhadap pengembangan sistem dimana kelancaran proses peminjaman alat tetap diutamakan.
3.3. Tahap Perancangan
3.3.1. Perancangan Sistem
DFD Level 0

DFD Level 1

Asumsi Pada Level 1
Dosen selaku peminjam alat mengajukan permohonan peminjaman ke bagian peminjaman alat. Bagian peminjaman alat melakukan entry data peminjaman pada komputer yang terhubung dengan sistem informasi peminjaman alat dan mengecek ketersediaan alat. Bila alat yang ingin dipinjam tidak ada, maka disampaikan ke peminjam. Bila alat tersebut ada, maka dengan mempertimbangkan kondisinya, alat dapat dipinjamkan ke peminjam setelah peminjaman yang terjadi dientry dan datanya disimpan pada proses data storage di bagian peminjaman alat. Setelah selesai masa peminjaman yang ditetapkan, maka dosen mengembalikan alat dan proses pengembalian ini dientry untuk menyelesaikan peminjaman alat.
DFD Level 2-1

Asumsi Pada Level 2 Untuk 1
Pada DFD ini digambarkan secara khusus proses permohonan peminjaman alat. Dosen mengajukan permohonan peminjaman ke bagian peminjaman alat. Permohonan peminjaman alat tersebut dientry oleh petugas di bagian peminjaman alat ke komputer. Untuk mencegah terkendalanya pencarian ketersedian alat, maka data permohonan peminjaman tersebut disave. Data Storage pada proses ini perlu dilakukan sebagai referensi informasi untuk mengadakan alat yang sering dipinjam dan dibutuhkan.
DFD Level 2-2

Asumsi Pada Level 2 Untuk 2
Setelah proses permohonan peminjaman alat dilaksanakan, maka dilanjutkan dengan proses pengecekan ketersediaan alat. Bila alat yang ingin dipinjam tidak ada, maka segera disampaikan kepada peminjam dengan alasan yang didasarkan pada informasi yang diperoleh. Bila alat tersebut ada, maka perlu dicari lagi informasi mengenai kondisi alat. Bila alat dalam kondisi rusak dan hanya tersedia satu-satunya, maka disampaikan informasinya kepada peminjam agar penolakan peminjaman dapat dimaklumi. Hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah kerusakan yang lebih parah pada alat. Bila tersedia cadangan alat yang kondisinya baik, maka atas kesepakatan antara peminjam dan bagian peminjaman alat, cadangan itu disetujui untuk dipinjamkan. Bila kondisi alat baik, maka peminjaman dapat langsung disetujui. Proses peminjaman dientry dan disimpan pada data storage di bagian peminjaman alat.
DFD Level 2-3

Asumsi Pada Level 2 Untuk 3
Setelah masa peminjaman alat yang ditentukan selesai, maka dosen selaku peminjam mengembalikan alat. Bagian peminjaman alat menerima dan memeriksa kondisi alat sesudah dan sebelum dipinjamkan, terutama dari segi kelengkapan alat. Data pengembalian alat dientry dan disimpan pada data storage di bagian peminjaman alat sebagai informasi bagi peminjaman alat yang serupa di lain waktu.

ERD (Entity Relationship Diagram)

3.3.2. Spesifikasi Perangkat Keras (Hardware) SIM
Perangkat keras yang dibutuhkan dalam mengembangkan sistem informasi dibagi atas sistem komputer dan sistem jaringan komputer.
Spesifikasi komputer yang direkomendasikan untuk mengoperasikan sistem informasi manajemen peminjaman alat adalah sebagai berikut :

Untuk perangkat sistem jaringan komputer yang digunakan adalah sistem LAN (Local Area Network) untuk menjamin keamanan data dari interfensi pihak-pihak lain yang tidak berkepentingan. Komponen-komponen yang dibutuhkan untuk membangun jaringan LAN pada sistem informasi manajemen peminjaman alat adalah sebagai berikut :
1. File Servers
2. Workstations
3. Network Interface Cards
4. Concentrators/Hubs
5. Repeaters
6. Bridges
7. Routers


Untuk pengadaan perangkat-perangkat diatas dibutuhkan dana secara global sebesar Rp 30.000.000,- (Tiga Puluh Juta Rupiah).
3.4. Tahapan Implementasi
Konsep dan sistem yang telah dibangun dan sudah di aplikasi untuk menjalankan penyampaian informasi tersebut, nantinya akan siap digunakan dan terlebih dahulu akan dilakukan pemasangan perangkat keras dan performance test, dan apabila tidak mengalami kendala teknis dalam penerapannya, selanjutnya akan dilakukan pembekalan dengan pelatihan teknis dalam menjalankan konsep yang telah dibangun tadi kepada staf pada bagian peralatan dan perlengkapan.

3.5. Tahap Pemakaian
3.5.1. Kemudahaan yang diciptakan dari penerapan Sistem Informasi Manajemen Terpadu
a. Dalam Struktur Organisasi
Dengan menggunakan sistem ini, maka sangat mendukung pelaksanaan TUPOKSI dengan cepat dan mudah, sehingga lebih jelas penyampaian informasi dan keberadaan peralatan dan perlengkapan tersebut.
b. Dalam Struktur Operasi Organisasi
1. Memberikan gambaran yang jelas dan nyata tentang keadaan Data Barang.
2. Mempercepat proses penyamapaian informasi dan memudahkan untuk membuat laporan-laporan mengenai setiap jenis barang yang akan, sedang terpakai dan yang masih belum terpakai.
3. Pengarsipan data terjamin dan teratur serta dapat digunakan untuk mendapatkan informasi yang up to date dalam mendukung pengambilan keputusan.
c. Dalam Sumber Daya Organisasi
1. Memudahkan Pimpinan untuk memonitoring kemajuan dan status dari setiap jenis barang, baik secara teknis, non teknis maupun kinerja para pelaksanaannya.
2. Terjadi efektifitas kerja pada bagian peralatan dan perlengkapan.
3. Menyajikan informasi tentang peralatan dan perlengkapan dengan cepat, tepat waktu, relevan, dapat dipercaya dan mudah dimengerti.

BAB IV
P E N U T U P

Dari penulisan proposal yang telah dilakukan maka penulis dapat memberikan kesimpulan dan saran seperti yang dapat dilihat pada sub bab-sub bab berikut :

4.1. Kesimpulan
1. Sistem informasi manajemen terutama mengenai Standar Operasional Prosedur (SOP) pengajuan ATK/Barang di lembaga pendidikan sangat diperlukan untuk kemudahan informasi bagi dosen pengajar dan staf yang ada di Jurusan Administrasi Niaga dalam memudahkan proses belajar mengajar.
2. Secara garis besar kegiatan pembuatan Sistem Informasi Manajemen mengenai Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengajuan ATK/Barang dapat membantu dosen didalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk belajar mengajar.
3. Secara umum, bentuk dan macam atk/barang yang dibutuhkan oleh dosen pengajar dilihat berdasarkan hasil inventarisasi aset di Jurusan Administrasi Niaga khususnya kegiatan inventarisasi yang dilakukan oleh Urusan Inventaris.

4.2. Saran
Sistem informasi untuk pengajuan atk/barang yang ada di Jurusan Administrasi Niaga hendaknya dikembangkan melalui pengembangan sistem informasi berbasis komputer jaringan yang mendukung kegiatan sistem informasi tersebut terutama menyangkut Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk mempermudah pengaksesan, penyampaian dan up date informasi dari Jurusan Administrasi Niaga ke Dosen pengajar dan staf yang lain yang ada Jurusan Administrasi Niaga.

Pengelolaan Aset Daerah Kabupaten Landak

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, hewan dan tanaman. Berdasarkan penelitian para ahli, sebagian besar makhluk hidup di bumi ini sangat membutuhkan air bahkan sebagian besar tersusun oleh unsur air.
Air sendiri mengandung energi potensial, dalam arti bila dikelola secara khusus maka bisa terlihat fungsinya bagi suatu sistem. Salah satu bentuk air yang mempunyai energi potensial yaitu air terjun. Tanpa pengelolaan, air terjun dipandang mempunyai energi hanya untuk mengikis tanah atau batuan yang dilintasinya dan membuat gejolak air di bawahnya. Untuk hal seperti ini, energi potensial air terjun dianggap hanya mengikuti hukum alam tanpa pengelolaan energi oleh manusia yang lebih bermanfaat. Pengelolaan energi merupakan kegiatan mengatur dan menghasilkan energi melalui suatu metode dan untuk kepentingan tertentu.
Akan tetapi, bila energi air terjun tersebut dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin yang terhubung ke generator pembangkit tenaga listrik, maka akan lebih terlihat bentuk dari pengelolaan energi. Suatu pembangkit arus listrik yang menggunakan energi potensial air dalam menggerakkan unit pengubah energi listrik dinamakan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Penelitian tentang PLTA telah lama diterapkan dalam memenuhi kebutuhan manusia akan energi listrik dan dari penelitian, terbukti bahwa PLTA merupakan alternatif sumber tenaga listrik yang banyak membantu masyarakat yang bermukim di dekat lokasi air terjun dan tidak terjangkau oleh jaringan listrik manapun.
Hingga saat ini, masih banyak bagian wilayah Kabupaten Landak yang belum bisa menikmati jaringan listrik negara. Padahal meningkatnya kebutuhan energi listrik telah mulai mengarah menjadi kebutuhan primer masyarakat. Ada juga beberapa wilayah yang telah dimasuki oleh perusahaan swasta, baik swasta domestik dan swasta asing yang mendapat bantuan jaringan listrik dari perusahaan yang bersangkutan. Layanan ini biasanya sebagai kontribusi yang dipenuhi perusahaan berdasarkan perjanjian dengan masyarakat setempat.
Untuk masyarakat di wilayah yang belum dimasuki oleh jaringan listrik negara maupun jaringan listrik swasta, tiada pilihan lain. Bagi yang membutuhkan energi listrik maka harus mengorbankan sejumlah dana pribadi untuk biaya pengadaan dan biaya operasional generator set (genset). Padahal bila dibandingkan antara pendapatan per kapita masyarakat terhadap harga nominal genset tersebut, kesannya seolah memaksa kemampuan masyarakat yang membelinya. Belum lagi harga bahan bakar yang harganya melonjak di lokasi tersebut akibat kelangkaannya.
1.2. Identifikasi Penulisan
Identifikasi penulisan dalam membahas pengembangan potensi Air Terjun Banangar menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Air adalah sebagai berikut :

2.1 Bagaimana identifikasi krisis energi listrik yang terjadi di beberapa wilayah Kabupaten Landak?
2.2 Bagaimana analisa pengembangan Air Terjun Banangar untuk PLTA bagi Kabupaten Landak ke depan?
2.3 Metode apa yang bisa ditempuh dalam mengelola Air Terjun Banangar untuk mengatasi krisis energi listrik tersebut?
2.4 Bagaimana keterkaitan antara potensi Air Terjun Banangar sebagai prasarana PLTA terhadap kegiatan infrastruktur Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Landak?

1.3. Tujuan Pembahasan
Dari permasalahan yang dibahas di atas, tujuan-tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

1.3.1 Mengidentifikasi krisis energi listrik yang sedang dan akan terjadi di Kabupaten Landak.
1.3.2 Menguraikan analisa pengembangan Air Terjun Banangar untuk PLTA bagi Kabupaten Landak ke depan.
1.3.3 Menjelaskan metode apa yang bisa ditempuh dalam mengelola Air Terjun Banangar untuk mengatasi krisis energi listrik tersebut.
1.3.4 Menguraikan keterkaitan antara potensi Air Terjun Banangar sebagai prasarana PLTA terhadap kegiatan infrastruktur Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Landak.






BAB II
LANDASAN TEORI
Konstruksi utama PLTA, terdiri atas turbin, generator, transformator dan penyimpan arus listrik sementara yang berfungsi sebagai penyuplai energi listrik saat putaran kincir air tidak optimal. Prinsip kerjanya, turbin dikenakan energi potensial dari air terjun secara vertikal dan menghasilkan torsi yang menggerakkan poros utama (main shaft) yang dikopelkan ke generator. Generator sendiri terdiri atas kumparan primer yang dikelilingi oleh kumparan sekunder. Menggunakan prinsip kerja elektromagnet, maka terjadi induksi arus listrik pada kumparan sekunder dan terus mengalir ke unit transformator.

Di unit transformator ini terjadilah proses menaikkan tegangan listrik untuk memenuhi kebutuhan energi listrik ke wilayah yang akan dialiri. Untuk menstabilkan output arus listrik dari generator ke pemakai listrik, diperlukan sebuah Uninterruptible Power Supply (UPS) berkapasitas besar. Lebih baik lagi bila dihubungkan dengan unit transformator tersebar yang mampu meningkatkan arus listrik untuk wilayah yang jauh jangkauannya.






BAB III
KASUS DAN PEMECAHAN

Kecamatan Serimbu termasuk dalam kecamatan yang masih tertinggal dari segi infrastruktur, sarana dan prasarana umum, sarana dan prasarana pendidikan, perdagangan, perkebunan. Salah satu faktor penyebabnya adalah minimnya sumber energi listrik. Jaringan Perusahaan Listrik Negara (PLN) memang sudah terdistribusi di ibukota kecamatan Serimbu yaitu Serimbu, tetapi belum bisa menjangkau wilayah yang lebih jauh lagi.
3.1 Identifikasi Masalah
Untuk memusatkan pembahasan, masalah-masalah dalam krisis energi listrik di kabupaten landak diidentifikasikan sebagai berikut :
3.1.1 Metode apa yang bisa ditempuh dalam mengelola Air Terjun Banangar untuk mengatasi krisis energi listrik tersebut?
3.1.2 Bagaimana keterkaitan antara potensi Air Terjun Banangar sebagai prasarana PLTA terhadap kegiatan infrastruktur Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Landak?

3.2 Penyebab Masalah
Berdasarkan masalah di atas, penyebab masalah secara garis besar adalah sebagai berikut :
3.2.1 Langkanya informasi tentang teknologi PLTA.
3.2.2 Belum diterapkannya infrastruktur dinas pekerjaan umum kabupaten landak yang menggunakan energi listrik secara optimal.

3.3 Landasan Teori
Berdasarkan kriteria yang dijelaskan dalam teori dasar, maka air terjun banangar memiliki potensi besar untuk didayagunakan pada metode PLTA. Air Terjun Banangar merupakan salah satu air terjun di Kabupaten Landak yang memiliki debit aliran air relatif stabil pada musim hujan dan kemarau.
Air terjun ini terletak di wilayah Kecamatan Serimbu, tepatnya sekitar 300 km dari kota Ngabang sebagai ibukota kabupaten, mempunyai ketinggian sekitar 65 meter dan lebar aliran sekitar 45 meter, bersumber dari mata air Gunung Niut, yaitu gunung tertinggi di Propinsi Kalimantan Barat dan terhubung langsung dengan Sungai Landak. Hingga saat ini, belum ada pengelolaan Air Terjun Banangar yang spesifik, apalagi yang bersifat dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
Suatu Pembangkit Listrik Tenaga Air membutuhkan debit aliran air yang relatif stabil dan akan mengubah energi potensial yang diberikan oleh aliran air menjadi energi listrik yang bisa digunakan oleh masyarakat di sekitar lokasinya. Dengan mempertimbangkan topografi wilayah permukiman penduduk di sekitarnya, maka sebaiknya menggunakan transformator tersebar di wilayah perbukitan untuk mengurangi kerugian energi pada alur jaringan yang rumit.






3.4 Alternatif Pemecahan Masalah dan Kendala-Kendala Yang Ada
Pengembangan potensi air terjun banangar dalam mengatasi krisis energi listrik memang mempunyai prospek yang sangat baik. Alternatif yang bisa ditempuh untuk merealisasikannya adalah :
1. Mengumpulkan dan mempelajari informasi mengenai pengembangan PLTA, dan membentuk tim survey untuk mengamati potensi dan dampak selanjutnya bila Air Terjun Banangar didaya gunakan.
2. Mengajukan usulan terstruktur kepada pihak swasta yang berkepentingan terhadap wilayah tersebut, termasuk kepada Dinas Pertambangan Dan Energi untuk pengembangan air terjun ke arah Pembangkit Listrik Tenaga Air.

3.5 Solusi Terbaik
Berdasarkan alternatif pemecahan masalah tadi, maka solusi yang utama dalam pemanfaatan Air Terjun Banangar adalah perlu diawali dengan usaha dari pimpinan masyarakat setempat untuk bisa menjelaskan kondisi krisis energi yang telah terjadi. Kemudian dari pihak yang berwenang terhadap territorial wilayah tersebut, seperti Pemerintah Daerah harus tanggap dalam menyikapi keluhan dari masyarakat yang mengalami krisis energi listrik tersebut.
Selain itu, bila ketersediaan energi listrik tidak diragukan lagi maka pengembangan infrastruktur yang diselenggarakan oleh dinas pekerjaan umum kabupaten landak pun mendapat kemudahan. PLTA akan sangat membantu dalam proses pembangunan infrastruktur dan dalam operasional beberapa infrastruktur. Salah satu infrastruktur Dinas Pekerjaan Umum yang bisa dikembangkan dan operasionalnya menggunakan energi listrik adalah Instalasi Pengolahan Air yang memberi kontribusi besar dalam memelihara kesehatan masyarakat.
3.6 Kesimpulan
Dari pembahasan tentang “Potensi Air Terjun Banangar Dalam Menghadapi Krisis Energi Listrik Di Kabupaten Landak” dapat diambil kesimpulan bahwa pengembangan air terjun banangar untuk plta sangat baik untuk penghematan konsumsi bahan bakar minyak dan bisa menjadi pembelajaran khusus akan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan bagi masyarakat.

Pengelolaan Aset Daerah Kabupaten Landak

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, hewan dan tanaman. Berdasarkan penelitian para ahli, sebagian besar makhluk hidup di bumi ini sangat membutuhkan air bahkan sebagian besar tersusun oleh unsur air.
Air sendiri mengandung energi potensial, dalam arti bila dikelola secara khusus maka bisa terlihat fungsinya bagi suatu sistem. Salah satu bentuk air yang mempunyai energi potensial yaitu air terjun. Tanpa pengelolaan, air terjun dipandang mempunyai energi hanya untuk mengikis tanah atau batuan yang dilintasinya dan membuat gejolak air di bawahnya. Untuk hal seperti ini, energi potensial air terjun dianggap hanya mengikuti hukum alam tanpa pengelolaan energi oleh manusia yang lebih bermanfaat. Pengelolaan energi merupakan kegiatan mengatur dan menghasilkan energi melalui suatu metode dan untuk kepentingan tertentu.
Akan tetapi, bila energi air terjun tersebut dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin yang terhubung ke generator pembangkit tenaga listrik, maka akan lebih terlihat bentuk dari pengelolaan energi. Suatu pembangkit arus listrik yang menggunakan energi potensial air dalam menggerakkan unit pengubah energi listrik dinamakan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Penelitian tentang PLTA telah lama diterapkan dalam memenuhi kebutuhan manusia akan energi listrik dan dari penelitian, terbukti bahwa PLTA merupakan alternatif sumber tenaga listrik yang banyak membantu masyarakat yang bermukim di dekat lokasi air terjun dan tidak terjangkau oleh jaringan listrik manapun.
Hingga saat ini, masih banyak bagian wilayah Kabupaten Landak yang belum bisa menikmati jaringan listrik negara. Padahal meningkatnya kebutuhan energi listrik telah mulai mengarah menjadi kebutuhan primer masyarakat. Ada juga beberapa wilayah yang telah dimasuki oleh perusahaan swasta, baik swasta domestik dan swasta asing yang mendapat bantuan jaringan listrik dari perusahaan yang bersangkutan. Layanan ini biasanya sebagai kontribusi yang dipenuhi perusahaan berdasarkan perjanjian dengan masyarakat setempat.
Untuk masyarakat di wilayah yang belum dimasuki oleh jaringan listrik negara maupun jaringan listrik swasta, tiada pilihan lain. Bagi yang membutuhkan energi listrik maka harus mengorbankan sejumlah dana pribadi untuk biaya pengadaan dan biaya operasional generator set (genset). Padahal bila dibandingkan antara pendapatan per kapita masyarakat terhadap harga nominal genset tersebut, kesannya seolah memaksa kemampuan masyarakat yang membelinya. Belum lagi harga bahan bakar yang harganya melonjak di lokasi tersebut akibat kelangkaannya.
1.2. Identifikasi Penulisan
Identifikasi penulisan dalam membahas pengembangan potensi Air Terjun Banangar menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Air adalah sebagai berikut :

2.1 Bagaimana identifikasi krisis energi listrik yang terjadi di beberapa wilayah Kabupaten Landak?
2.2 Bagaimana analisa pengembangan Air Terjun Banangar untuk PLTA bagi Kabupaten Landak ke depan?
2.3 Metode apa yang bisa ditempuh dalam mengelola Air Terjun Banangar untuk mengatasi krisis energi listrik tersebut?
2.4 Bagaimana keterkaitan antara potensi Air Terjun Banangar sebagai prasarana PLTA terhadap kegiatan infrastruktur Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Landak?

1.3. Tujuan Pembahasan
Dari permasalahan yang dibahas di atas, tujuan-tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

1.3.1 Mengidentifikasi krisis energi listrik yang sedang dan akan terjadi di Kabupaten Landak.
1.3.2 Menguraikan analisa pengembangan Air Terjun Banangar untuk PLTA bagi Kabupaten Landak ke depan.
1.3.3 Menjelaskan metode apa yang bisa ditempuh dalam mengelola Air Terjun Banangar untuk mengatasi krisis energi listrik tersebut.
1.3.4 Menguraikan keterkaitan antara potensi Air Terjun Banangar sebagai prasarana PLTA terhadap kegiatan infrastruktur Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Landak.






BAB II
LANDASAN TEORI
Konstruksi utama PLTA, terdiri atas turbin, generator, transformator dan penyimpan arus listrik sementara yang berfungsi sebagai penyuplai energi listrik saat putaran kincir air tidak optimal. Prinsip kerjanya, turbin dikenakan energi potensial dari air terjun secara vertikal dan menghasilkan torsi yang menggerakkan poros utama (main shaft) yang dikopelkan ke generator. Generator sendiri terdiri atas kumparan primer yang dikelilingi oleh kumparan sekunder. Menggunakan prinsip kerja elektromagnet, maka terjadi induksi arus listrik pada kumparan sekunder dan terus mengalir ke unit transformator.

Di unit transformator ini terjadilah proses menaikkan tegangan listrik untuk memenuhi kebutuhan energi listrik ke wilayah yang akan dialiri. Untuk menstabilkan output arus listrik dari generator ke pemakai listrik, diperlukan sebuah Uninterruptible Power Supply (UPS) berkapasitas besar. Lebih baik lagi bila dihubungkan dengan unit transformator tersebar yang mampu meningkatkan arus listrik untuk wilayah yang jauh jangkauannya.






BAB III
KASUS DAN PEMECAHAN

Kecamatan Serimbu termasuk dalam kecamatan yang masih tertinggal dari segi infrastruktur, sarana dan prasarana umum, sarana dan prasarana pendidikan, perdagangan, perkebunan. Salah satu faktor penyebabnya adalah minimnya sumber energi listrik. Jaringan Perusahaan Listrik Negara (PLN) memang sudah terdistribusi di ibukota kecamatan Serimbu yaitu Serimbu, tetapi belum bisa menjangkau wilayah yang lebih jauh lagi.
3.1 Identifikasi Masalah
Untuk memusatkan pembahasan, masalah-masalah dalam krisis energi listrik di kabupaten landak diidentifikasikan sebagai berikut :
3.1.1 Metode apa yang bisa ditempuh dalam mengelola Air Terjun Banangar untuk mengatasi krisis energi listrik tersebut?
3.1.2 Bagaimana keterkaitan antara potensi Air Terjun Banangar sebagai prasarana PLTA terhadap kegiatan infrastruktur Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Landak?

3.2 Penyebab Masalah
Berdasarkan masalah di atas, penyebab masalah secara garis besar adalah sebagai berikut :
3.2.1 Langkanya informasi tentang teknologi PLTA.
3.2.2 Belum diterapkannya infrastruktur dinas pekerjaan umum kabupaten landak yang menggunakan energi listrik secara optimal.

3.3 Landasan Teori
Berdasarkan kriteria yang dijelaskan dalam teori dasar, maka air terjun banangar memiliki potensi besar untuk didayagunakan pada metode PLTA. Air Terjun Banangar merupakan salah satu air terjun di Kabupaten Landak yang memiliki debit aliran air relatif stabil pada musim hujan dan kemarau.
Air terjun ini terletak di wilayah Kecamatan Serimbu, tepatnya sekitar 300 km dari kota Ngabang sebagai ibukota kabupaten, mempunyai ketinggian sekitar 65 meter dan lebar aliran sekitar 45 meter, bersumber dari mata air Gunung Niut, yaitu gunung tertinggi di Propinsi Kalimantan Barat dan terhubung langsung dengan Sungai Landak. Hingga saat ini, belum ada pengelolaan Air Terjun Banangar yang spesifik, apalagi yang bersifat dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
Suatu Pembangkit Listrik Tenaga Air membutuhkan debit aliran air yang relatif stabil dan akan mengubah energi potensial yang diberikan oleh aliran air menjadi energi listrik yang bisa digunakan oleh masyarakat di sekitar lokasinya. Dengan mempertimbangkan topografi wilayah permukiman penduduk di sekitarnya, maka sebaiknya menggunakan transformator tersebar di wilayah perbukitan untuk mengurangi kerugian energi pada alur jaringan yang rumit.






3.4 Alternatif Pemecahan Masalah dan Kendala-Kendala Yang Ada
Pengembangan potensi air terjun banangar dalam mengatasi krisis energi listrik memang mempunyai prospek yang sangat baik. Alternatif yang bisa ditempuh untuk merealisasikannya adalah :
1. Mengumpulkan dan mempelajari informasi mengenai pengembangan PLTA, dan membentuk tim survey untuk mengamati potensi dan dampak selanjutnya bila Air Terjun Banangar didaya gunakan.
2. Mengajukan usulan terstruktur kepada pihak swasta yang berkepentingan terhadap wilayah tersebut, termasuk kepada Dinas Pertambangan Dan Energi untuk pengembangan air terjun ke arah Pembangkit Listrik Tenaga Air.

3.5 Solusi Terbaik
Berdasarkan alternatif pemecahan masalah tadi, maka solusi yang utama dalam pemanfaatan Air Terjun Banangar adalah perlu diawali dengan usaha dari pimpinan masyarakat setempat untuk bisa menjelaskan kondisi krisis energi yang telah terjadi. Kemudian dari pihak yang berwenang terhadap territorial wilayah tersebut, seperti Pemerintah Daerah harus tanggap dalam menyikapi keluhan dari masyarakat yang mengalami krisis energi listrik tersebut.
Selain itu, bila ketersediaan energi listrik tidak diragukan lagi maka pengembangan infrastruktur yang diselenggarakan oleh dinas pekerjaan umum kabupaten landak pun mendapat kemudahan. PLTA akan sangat membantu dalam proses pembangunan infrastruktur dan dalam operasional beberapa infrastruktur. Salah satu infrastruktur Dinas Pekerjaan Umum yang bisa dikembangkan dan operasionalnya menggunakan energi listrik adalah Instalasi Pengolahan Air yang memberi kontribusi besar dalam memelihara kesehatan masyarakat.
3.6 Kesimpulan
Dari pembahasan tentang “Potensi Air Terjun Banangar Dalam Menghadapi Krisis Energi Listrik Di Kabupaten Landak” dapat diambil kesimpulan bahwa pengembangan air terjun banangar untuk plta sangat baik untuk penghematan konsumsi bahan bakar minyak dan bisa menjadi pembelajaran khusus akan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan bagi masyarakat.

Perancangan SIM Peminjaman Alat

3.2. Tahap Perancangan
3.2.1. Perancangan Sistem
DFD Level 0

DFD Level 1



Asumsi Pada Level 1
Dosen selaku peminjam alat mengajukan permohonan peminjaman ke bagian peminjaman alat. Bagian peminjaman alat melakukan entry data peminjaman pada komputer yang terhubung dengan sistem informasi peminjaman alat dan mengecek ketersediaan alat. Bila alat yang ingin dipinjam tidak ada, maka disampaikan ke peminjam. Bila alat tersebut ada, maka dengan mempertimbangkan kondisinya, alat dapat dipinjamkan ke peminjam setelah peminjaman yang terjadi dientry dan datanya disimpan pada proses data storage di bagian peminjaman alat. Setelah selesai masa peminjaman yang ditetapkan, maka dosen mengembalikan alat dan proses pengembalian ini dientry untuk menyelesaikan peminjaman alat.

DFD Level 2-1


Asumsi Pada Level 2 Untuk 1
Pada DFD ini digambarkan secara khusus proses permohonan peminjaman alat. Dosen mengajukan permohonan peminjaman ke bagian peminjaman alat. Permohonan peminjaman alat tersebut dientry oleh petugas di bagian peminjaman alat ke komputer. Untuk mencegah terkendalanya pencarian ketersedian alat, maka data permohonan peminjaman tersebut disave. Data Storage pada proses ini perlu dilakukan sebagai referensi informasi untuk mengadakan alat yang sering dipinjam dan dibutuhkan.

DFD Level 2-2

Asumsi Pada Level 2 Untuk 2
Setelah proses permohonan peminjaman alat dilaksanakan, maka dilanjutkan dengan proses pengecekan ketersediaan alat. Bila alat yang ingin dipinjam tidak ada, maka segera disampaikan kepada peminjam dengan alasan yang didasarkan pada informasi yang diperoleh. Bila alat tersebut ada, maka perlu dicari lagi informasi mengenai kondisi alat. Bila alat dalam kondisi rusak dan hanya tersedia satu-satunya, maka disampaikan informasinya kepada peminjam agar penolakan peminjaman dapat dimaklumi. Hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah kerusakan yang lebih parah pada alat. Bila tersedia cadangan alat yang kondisinya baik, maka atas kesepakatan antara peminjam dan bagian peminjaman alat, cadangan itu disetujui untuk dipinjamkan. Bila kondisi alat baik, maka peminjaman dapat langsung disetujui. Proses peminjaman dientry dan disimpan pada data storage di bagian peminjaman alat.



DFD Level 2-3
Asumsi Pada Level 2 Untuk 3
Setelah masa peminjaman alat yang ditentukan selesai, maka dosen selaku peminjam mengembalikan alat. Bagian peminjaman alat menerima dan memeriksa kondisi alat sesudah dan sebelum dipinjamkan, terutama dari segi kelengkapan alat. Data pengembalian alat dientry dan disimpan pada data storage di bagian peminjaman alat sebagai informasi bagi peminjaman alat yang serupa di lain waktu.

ERD (Entity Relationship Diagram)

















Table 1. Dosen Pengajar.
Untuk dosen pengajar, informasi yang perlu dilampirkan adalah NIP, Nama Dosen, Mata Kuliah yang dibawakan, Alamat, Nomor Telepon. Untuk NIP, Nama Dosen, merupakan identitas yang akan mengikat peminjam secara spesifik. Mata kuliah yang dibawakan akan menjadi acuan untuk menentukan lamanya peminjaman alat. Alamat dan Nomor Telepon akan menjadi informasi tambahan bila ada hal-hal berkaitan peminjaman yang harus dikonfirmasi bila dosen berada di luar lingkungan institusi.






Table 2. Bagian Peminjaman Alat.
Tabel bagian peminjaman alat ini menyajikan informasi yang memuat NIP, Nomor ID, Nama, Jabatan dari petugas yang bertugas pada setiap peminjaman alat. Informasi Jurusan menunjukkan bahwa Sistem Informasi Manajemen yang dijalankan tersebut diperuntukkan bagi Bagian Peminjaman Alat Jurusan Administrasi Niaga. Dan Shift menunjukkan pembagian jadwal petugas yang bersangkutan.








Table 3. Bagian Peminjaman Alat.
Tabel mata kuliah ini memuat informasi yang menjabarkan identitas tentang mata kuliah yang berkaitan dengan peminjaman alat, di mana peminjaman alat dilakukan diperuntukkan untuk mata kuliah tersebut. Identitas yang perlu dilampirkan sehubungan dengan mata kuliah tersebut adalah Program, Jurusan, Materi Kuliah, serta peng-kode-an mata kuliah.














Table 4. Alat.
Tabel alat ini menjabarkan informasi dari alat yang dipinjam, yang memuat Nomor Inventaris Alat, Nama Alat, Keperluan Peminjaman, Ketersediaan Unit, Tanggal dan Jam Peminjaman, Lama Peminjaman, Tanggal dan Jam Peminjaman, dan Kondisi Alat.

Minggu, 01 Februari 2009

Perencanaan LAN

Dewasa ini, hampir semua organisasi menggunakan sistem komputerisasi untuk mengelola dan menjalankan aktivitasnya. Komputer sebagai alat bantu kerja telah memberikan kontribusi besar dalam merampingkan metode kerja tradisional yang dilakukan secara manual.
Sebagaimana suatu organisasi terdiri atas beberapa unit kerja, maka komputer yang digunakan juga lebih dari satu komputer. Akan tetapi pengoperasian dan output yang dihasilkan oleh komputer-komputer tersebut harus dipadukan untuk mencapai tujuan dari aktivitas yang diselenggarakan oleh organisasi tersebut.
Untuk mengintegrasikan komputer-komputer pada sistem informasi manajemen dari organisasi tersebut secara keseluruhan, maka diperlukan suatu jaringan yang akan mempermudah pertukaran informasi antar komputer sehingga memperlancar aktivitas-aktivitas organisasi
Dalam bahasan ini, akan diuraikan penjelasan dan perencanaan tentang jaringan LAN (Local Area Network) yang telah banyak diterapkan pada berbagai organisasi.

1. Pengertian LAN
LAN (Local Area Network) dapat definisikan sebagai jaringan yang menghubungkan dan memadukan sejumlah sistem komputer di area terbatas yang merupakan cakupan pelayanan informasi dari pemiliki LAN.
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa sebuah LAN dibatasi oleh lokasi secara fisik. Penggunaan LAN memungkinkan seluruh sistem komputer yang terhubung pada jaringannya dapat bertukar data bahkan dapat mengoperasikan satu sistem secara terintegrasi.
LAN umumnya menggunakan hub dengan satu domain collision sebagai pusat hubungan sehingga akses antar port pada satu sistem komputer akan mempengaruhi sistem komputer lain yang terhubung pada LAN.

Gambar 1. Jaringan LAN Sederhana.
2. Perangkat-Perangkat LAN
Berikut ini akan diuraikan perangkat-perangkat utama dari suatu jaringan LAN.
2.1 Router
Router adalah sebuah alat jaringan komputer yang mengirimkan paket data melalui sebuah jaringan atau Internet menuju tujuannya, melalui sebuah proses yang dikenal sebagai routing. Proses routing terjadi pada lapisan 3 (lapisan jaringan seperti Internet Protocol) dari stack protokol tujuh-lapis OSI.
Router dapat menghubungkan dua atau lebih jaringan yang memiliki subnet berbeda. Router juga berfungsi sebagai pengatur lalu lintas jaringan memiliki tugas sangat vital dalam menentukan kondisi sebuah network. Router mampu menunjukkan rute/jalur (route) dan mem-filter informasi pada jaringan yang berbeda. Beberapa router mampu secara otomatis mendeteksi masalah dan mengalihkan jalur informasi dari area yang bermasalah.
Router bekerja pada level network layer pada model jaringan OSI. Router memiliki kecerdasan yang lebih tinggi daripada bridge. Router dapat digunakan untuk menghubungkan sejumlah LAN sehingga trafik yang dibangkitkan oleh sebuah LAN terisolasikan dengan baik dari trafik dari LAN lain.
2.2. Kabel LAN
Ada beberapa jenis kabel LAN, yaitu :
a. Twisted Pair
Kabel Twisted Pair terdiri dari dua jenis, yaitu Shielded Twisted Pair (Sambungan Puntir Terbungkus) yang biasa disingkat STP dan Unshielded Twisted Pair (Sambungan Puntir Terbungkus) yang biasa disingkat UTP. Karakteristik yang dimiliki kabel ini adalah :
1. Sepasang kabel yang dipuntir dengan jumlah pasangannya dapat terdiri dari dua, empat atau lebih.
2. Kecepatan transfer data yang dapat dilayani sampai 10 Mbps.
3. Konektor yang biasa digunakan adalah RJ-11 atau RJ-45.
b. Coaksial
Kabel ini mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Paling populer untuk LAN.
2. Kecepatan transfer data yang dapat dilayani sampai 10 Mbps.
3. Coaxial sering digunakan untuk kabel TV, ARCnet, Thick Ethernet dan Thin Ethernet.
4. Thick Coaxial / 10Base5 / RG-8 sering digunakan untuk backbone untuk instalasi jaringan antar gedung. Kabel ini secara fisik berat dan tidak fleksibel, namun mampu menjangkau jarak 500 m bahkan lebih.
5. Thin Coaxial / 10Base2 / RG-58 / Cheapernet sering digunakan untuk jaringan antar workstation. Kabel ini secara fisik lebih mudah ditangani daripada RG-8 karena lebih fleksibel dan ringan.
c. Fiber Optic
Karakteristik kabel ini adalah :
1. Memerlukan biaya yang relative mahal untuk pengadaannya.
2. Kecepatan transfer data yang dapat dilayani sampai 155 Mbps.
3. Tidak dapat ditap ditengah.

3. Topologi Jaringan LAN
3.1. Ethernet
Untuk menghindari tabrakan antar data di jaringan, node akan melihat apakah jaringan tidak mengirimkan paket data sebelum node itu mengirimkan paket data. Jika node melihat jaringan tidak mengirimkan paket data, maka node akan mengirimkan paket data. Jika ada paket data yang dipancarkan pada saat node juga sedang mengirimkan paket data, maka akan terjadi collision. Bila terjadi collision, maka node dan jaringan akan sama-sama berhenti mengirimkan paket data. Setelah berhenti, node dan jaringan akan menunggu dengan waktu yang random untuk mengirimkan paket data. Paket data yang mengalami collision akan dikirimkan kembali saat ada kesempatan. Cara kerja ini dinamakan metoda CSMA/CD (Carrier Sence Multiple Access / Collison Detection). Kecepatan kerjanya mencapai 10 Mbps. Implementasi dilakukan dalam berbagai media kabel, yaitu :
1. 10BaseT : menggunakan kabel UTP, 10 Mbps.
2. 10Base5 : menggunakan thick coax, 10 Mbps.
3. 10Base2 : menggunakan thin coax, 10 Mbps.
3.2. Token Ring
Dalam jaringan token ring, sebuah token bebas mengalir dalam jaringan itu. Jika suatu node ingin mengirimkan paket data, maka paket data yang akan dikirimkan ditempelkan pada token, kemudian token itu membawa paket data ke tujuan. Pada waktu token berisi data, node lain tidak dapat menggunakan token itu sampai token itu menyelesaikan tugasnya mengirimkan data. Bila paket data telah disampaikan ke tujuan, node pengguna tadi melepaskan token untuk dipakai oleh node yang lain. Cara kerja ini dinamakan token passing scheme. Kecepatan kerjanya mencapai 4 Mbps sampai dengan 16 Mbps.
3.3. ARCnet
Prinsip kerjanya menggunakan Token Passing Scheme dan broadcast. Kecepatannya mulai dari 2.5 Mbps sampai dengan 20 Mbps. Implementasinya menggunakan kabel coaxial RG-62. Topologi fisik yang biasa dipakai adalah Star. Jarang digunakan untuk internetworking UNIX/DOS, karena tidak dapat bekerja dalam satu bus.
3.4. FDDI (Fiber Distributed Data Interface)
Implementasinya menggunakan kabel fiber optik. Bekerja berdasarkan dua ring / cincin concentris, dengan kecepatan masing-masing 100 Mbps. Salah satu ring dapat berfingsi sebagai back-up bila salah satu ring atau node putus. Tidak kompatibel dengan ethernet, namun ethernet dapat dienkapsulasi dalam paket FDDI.
4. Instalasi Kabel LAN
4.1. Instalasi Kabel Ethernet
a. Instalasi Kabel Thin Ethernet
Satu segmen terdiri dari kabel coaxial RG-58 dan sepasang konektor BNC. Untuk menghubungkan sebuah node, digunakan konektor T BNC. Satu segmen harus diakhiri dengan terminator BNC pada kedua ujungnya. Panjang minimum 18 inchi.

Gambar 2. Instalasi Kabel Ethernet.
b. Instalasi Kabel Thick Ethernet
Satu segmen terdiri dari kabel coaxial RG-8 dan sepasang konektor BNC. Untuk menghubungkan sebuah node, digunakan sebuah transceiver yang dihubungkan dengan drop cable dengan konektor DB-15 ke node. Satu segmen harus diakhiri dengan terminator BNC pada kedua ujungnya.

c. Instalasi Kabel Star Ethernet
Satu segmen terdiri dari kabel UTP dan sepasang konektor RJ-45. Tidak ada persilangan antar kaki-kaki konektor. Membutuhkan hub atau concentrator sebagai pusat perkabelan dan meneruskan paket-paket ethernet ke tujuan yang benar.
5. Instalasi Jaringan
Dalam instalasi LAN perlu diperhatikan lokasi wilayah pelayanannya, yang mencakup :
4.1. Instalasi Antar Gedung atau Jaringan Backbone
Kabel yang digunakan adalah fiber optic atau thick coax. Komputer dihubungkan ke kabel backbone oleh sebuah transceiver dan sebuah drop cable.
4.2. Instalasi Dalam Gedung
Kabel yang digunakan adalah thin coax atau UTP. Jarak maksimum satu segmen kabel thin coax adalah 180 m dan 100 node per segmen. Kabel UTP menggunakan topologi Star, implementasinya komputer-komputer menghubungkan dirinya masing-masing ke hub atau concentrator.
6. Instalasi Komputer Ke Jaringan Ethernet
Untuk menghubungkan sebuah komputer ke jaringan ethernet, kita harus menggunakan Network Interface Card (NIC) Ethernet yang cocok digunakan untuk thin coax, thick coax dan UTP.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonfigurasi card adalah :
1. I/O address. Angka yang paling sering digunakan adalah : 280, 300, 320.
2. IRQ level. Angka yang paling sering digunakan adalah : 3, 5, 9, 10.
3. Shared memory base address.
4. Direct Memory Access (DMA) channel.
5. Output Port. Kita harus memilih output port yang sesuai, apakah BNC, AUI atau UTP.
Dari kelima hal ini, yang harus anda betul-betul perhatikan adalah I/O address dan IRQ level. Anda harus menggunakan angka yang belum dipakai oleh peralatan lain di komputer anda.
7. Elemen-Elemen Internetworking
Internetworking biasanya dibangun menggunakan tiga elemen :
1. Hubungan data LAN. Biasanya terbatas dalam satu bangunan atau kampus dan beroperasi menggunakan sistem pengkabelan privete.
2. Hubungan data WAN. Biasanya menggunakan saluran telekomunikasi data public, seperti X.25, ATM, ISDN, Frame Relay.
3. Device penghubung jaringan. Device ini biasanya dibagi atas beberapa kategori, yaitu repeater, bridge, router, switch dan converter.
8. Penempatan Server
Penempatan server yang dimaksudkan disini mengacu pada mesin-mesin yang mempunyai tugas memberikan informasi pada client dalam suatu internetwork. Server-server tersebut digunkan untuk memberikan informasi kepada internetwork, misalnya DNS server, dan untuk memberikan informasi secara umum, seperti FTP dan WWW server. Server-server ini mempunyai kecenderungan trafik yang tinggi dibandingkan dengan workstation.
Penempatan server yang baik dalam internetwork mampu mendistribusikan beban trafik di jaringan. Ini terjadi karena sifat beban trafik antar server berbeda-beda. Server seperti DNS server sering diakses, tetapi ia hanya memberikan informasi yang kecil, sedangkan FTP dan WWW server tidak terlalu sering diakses, namun informasi yang ia berikan jauh lebih besar daripada DNS. Yang biasanya dilakukan pada DNS server adalah mendistribusikan informasi pada dua atau tiga server dalam internetwork yang besar.
9. Penanganan Protokol Jaringan Yang Berbeda
Internetwork yang ada biasanya tidak hanya menangani satu protokol jaringan. Contohnya adalah internetwork yang terdiri dari protokol TCP/IP dan IPX/SPX. Pada internetwork yang menggunakan router (TCP/IP) , elemen internetwork dengan protokol yang berbeda tersebut hanya mampu berkomunikasi sebatas sampai router saja. Agar elemen ini mampu berkomunikasi dengan elemen lainnya yang terpisah dari router, digunakan metode tunneling. Dengan metode tunneling, elemen-elemen internetwork tersebut mampu berkomunikasi dengan protokolnya diatas protokol TCP/IP.

Sabtu, 31 Januari 2009

Sistem Informasi Manajemen Aset Daerah

Mengatasi “Rabun Dekat” Aset Daerah

Aset daerah yang merupakan tanggung jawab Kepala Daerah, hingga saat ini belum terkelola dengan efektif, efisien dan profitable, bahkan yang sudah jelas terlihat prospeknya belum ditangani dengan pasti sehingga nilai aset daerah dipandang ringan oleh pihak-pihak yang ingin memanfaatkannya. Hal ini akan menimbulkan masalah dalam penyalahgunaan aset daerah yang seharusnya dapat dicegah bila dilakukan peningkatan Sistem Informasi Manajemen Aset Daerah sejak dini. Teknologi informasi yang dibutuhkan untuk mengelola aset daerah cukup dengan biaya yang jauh lebih murah dibandingkan nilai kerugian yang sangat besar akibat kelalaian dalam pengelolaan aset daerah.
Untuk manajemen aset di masa mendatang dilakukan dalam lima tahapan, yaitu :
1. Tahap Inventarisasi Aset, mencakup proses pendataan, kodefikasi (labelling), pengelompokan dan pembukuan. Kegiatan-kegiatan tersebut dibagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu :
a. Inventarisasi Fisik, yang meliputi aspek identitas fisik (bentuk, luas, lokasi, volume)
b. Inventarisasi Yuridis/Legal, yang meliputi informasi kepemilikan dan legalitas.
2. Tahap legal audit, yang mencakup inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan atau pengalihan aset, serta identifikasi dan pencarian solusi serta strategi atas permasalahan legal.
3. Tahap penilaian aset, bertujuan untuk mengetahui nilai kekayaan dan menetapkan nilai aset bila dijual.
4. Tahap optimalisasi aset, dilakukan dengan mengidentifikasi dan mengklasifikasikan aset berdasarkan potensinya, sehingga ditemukan aset-aset yang dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan sektor-sektor unggulan yang dapat mengembangkan ekonomi nasional.
5. Tahap pengembangan Sistem Informasi Manajemen Aset, yang menjadi wahana bagi pengawasan dan pengendalian aset yang lebih transparan.
Pengelolaan aset yang baik dilakukan dengan meminimalkan biaya kepemilikan, memaksimalkan ketersediaan aset, dan memaksimalkan penggunaan aset. Pengelolaan aset daerah mengacu kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2007, dimana prinsip dasar pemanfaatan barang daerah telah disesuaikan dengan pengelolaan aset yang baik. Optimalisasi pemanfaatan aset daerah akan meningkatkan daya guna dan hasil guna aset daerah dengan mengadakan sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, bangun serah guna, bangun guna serah sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan daerah.
Berdasarkan masalah-masalah yang terjadi selama ini, maka dapat dilakukan evaluasi pemanfaatan aset saat ini secara detail (existing use) yang mencakup besarnya sewa, tingkat produksi, harga barang, dan parameter lainnya, serta mengevaluasi perbandingan pendapatan dari aset (return of asset), sehingga dapat diambil tindakan tegas dan langkah strategis ke depan.

Selasa, 27 Januari 2009

Tugas / Project Model

1. Pada hakekatnya, hampir semua aktivitas dapat kita gambarkan dalam bentuk DFD. Untuk itu buatlah sebuah DFD yang menyangkut aktivitas anda sekolah di D-4 MA. Tuliskan setiap asumsi yang anda gunakan.
2. Pimpinan Anda pada Unit “X” ingin mendapatkan laporan Proyek “Y” setiap akhir bulan. Pandanglah sistem tersebut sebagai elemen lingkungan. Anda diminta membuat Diagram Kontek (DFD Level 0, dan Level n). Data-data dapat anda kembangkan dengan menggunakan asumsi. Harap dituliskan pada catatan tersendiri asumsi yang digunakan.
3. Carilah pada buku-buku sebuah Model Matematika. Buat rumusnya dan berikan simulasi (Contoh penggunaan dengan menggunakan Microsoft Office Excel).
4. Sebuah Pemda merencanakan membangun pasar bekerja sama dengan pihak swasta, sistem BT (Bangun Transfer). Buatlah DFD mulai dari Studi Kelayakan sampai pasar tersebut siap dijual ke konsumen. Untuk mempermudah pengerjaan, tulis setiap asumsi yang digunakan.

( Catatan: Jawaban No. 2 dan 3 dipresentasikan di depan kelas. )

Jawaban Soal 1 :
DFD Level 0
Sistem Program Tugas Belajar di Program Studi D-4 Manajemen Aset

DFD Level 1
Sistem Program Tugas Belajar di Program Studi D-4 Manajemen Aset

ASUMSI PADA LEVEL 1

Karyasiswa PUSBIKTEK Program Studi Manajemen Aset yang dinyatakan lulus secara administrasi dan uji kompetensi untuk mengikuti Program Tugas Belajar kerjasama Pusbiktek dan Politeknik Negeri Bandung (POLBAN) melaksanakan Pendaftaran Ulang yang diselenggarakan di PUSBIKTEK. Setelah Pendaftaran Ulang, Pusbiktek mulai dengan pembekalan bagi karyasiswa melalui kegiatan Student Support System. Kemudian dari pihak Polban memberi pembekalan yang bersifat akademis, untuk penyesuaian bagi karyasiswa terhadap materi-materi kuliah Manajemen Aset. Setelah matrikulasi berakhir, maka terjadi Serah Terima Karyasiswa ke POLBAN, untuk dididik sesuai dengan prosedur perkuliahan Program Studi D-4 Manajemen Aset. Diperlukan masa kuliah 3 Semester untuk Program Studi D-4 Manajemen Aset, dimana data-data nilai karyasiswa pada setiap semester diinput ke POLBAN. Di Semester III, karyasiswa wajib menyusun Tugas Akhir dan nilai Tugas Akhir itu juga diinput ke POLBAN. Data-data nilai Semester I, II, III termasuk nilai Tugas Akhir direkapitulasi kedalam bentuk Transkrip Nilai dan atas pertimbangan nilai-nilai tersebut maka POLBAN mengeluarkan Ijazah bagi karyasiswa. Ijazah dan Transkrip Nilai diterima oleh karyasiswa sebagai bukti telah menyelesaikan Program Studi D-4 Manajemen Aset.

Jawaban Soal 2 :
DFD Level 0
Sistem Informasi Laporan Bulanan Proyek ”Y” Kepada Pimpinan Unit ”X”

DFD Level 1
Sistem Informasi Laporan Bulanan Proyek ”Y” Kepada Pimpinan Unit ”X”

ASUMSI PADA LEVEL 1

Pimpinan Unit “X” meminta Pengawas Unit “X” agar bisa mengusahakan Laporan Bulanan di setiap akhir bulan pada Proyek “Y”. Pengawas Unit “X” meminta Pengawas Proyek “Y” untuk menyampaikan Laporan Pengawasan Proyek “Y” sebelum akhir bulan. Bila laporan tersebut telah diterima dalam jangka waktu yang diinginkan, maka Pengawas Unit “X” akan memeriksa terlebih dahulu kelengkapan Laporan Bulanan tersebut. Setelah itu, barulah Laporan Bulanan Proyek “Y” diserahkan kepada Pimpinan Unit “X”.

Jawaban Soal 3 :
Kelayakan Ekonomi
Kelayakan ekonomi berhubungan dengan Return On Investment yaitu berapa lama biaya investasi dapat kembali. Pada suatu proyek yang besar biasanya lebih ditekankan kepada kelayakan ekonomi karena umumnya berhubungan dengan biaya yang jumlahnya besar.
Untuk menganalisis kelayakan ekonomi digunakan kalkulasi yang dinamakan Cost Benefit Analysis (Analisa Biaya dan Manfaat).
Tujuan dari analisa biaya dan manfaat ini adalah memberikan gambaran kepada user apakah manfaat yang diperoleh dari sistem baru “lebih besar” dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.
Metode kuantitatif yang dapat digunakan adalah :
1. Analisa Payback (Payback Period).
2. Analisa Net Present Value (NPV).

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI :
1. Analisa Payback Period
Jangka waktu yang diperlukan untuk membayar kembali biaya investasi yang telah dikeluarkan.

Proyek mampu membayar kembali investasi karena Keuntungan Bersih (kumulatif) pada Tahun ke-3 telah mencapai nilai (positif) 3.500.
Dengan demikian waktu pelunasan investasi tercapai pada Tahun ke-3.
Tepatnya, jangka waktu pelunasan adalah :

2. Analisa Net Present Value( NPV )
Present Value adalah nilai sekarang dari penerimaan (uang) yang akan didapat pada tahun mendatang.
Net Present Value merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran per tahun.
Discount Rate merupakan bilangan yang digunakan untuk men-discount penerimaan yang akan didapat pada tahun mendatang menjadi nilai sekarang.
Discount Rate dapat dilihat dari tabel Discount Rate yang ditentukan oleh Tingkat Suku Bunga (i) dan Tahun (t).
Discount Rate pada tahun ke-5 dengan interest rate 10% adalah 0,621
Untuk menghitung Discount Rate ini dapat digunakan rumus :
d = 1/ ( 1+ i )t
Keterangan :
d = Discount Rate
i = Interest Rate
t = Tahun
NPV dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Keterangan :
Bt = Benefit tahun ke-t
Ct = Cost tahun ke-t
i = Interest Rate yang ditentukan
t = Tahun
K0 = Investasi Awal Tahun ke - 0 ( sebelum proyek dimulai )
Kriteria :
NPV > 0 adalah Feasible
NPV = 0 adalah Indifferent
NPV < 0 adalah Unfeasible.

Karena NPV > 0, maka proyek feasible.
Jawaban Soal 4 :
DFD Level 0
Pembangunan Pasar Sistem Bangun Transfer

DFD Level 1
Pembangunan Pasar Sistem Bangun Transfer

ASUMSI PADA LEVEL 1
Pemda melakukan Studi Kelayakan mengenai seberapa besar minat konsumen bila nantinya dibangun pasar dan bagaimana prospek dari lokasi yang akan dibangun. Setelah itu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat di sekitar lokasi yang akan dibangun. Pemda menjelaskan hasil Studi Kelayakan tersebut kepada investor yang akan bergabung dan menyiapkan Draft Kerjasama yang berisi ketentuan-ketentuan dan gambaran kegiatan Pembangunan Pasar untuk ditanggapi oleh pihak investor. Dengan kesepakatan antara pihak Pemda dan investor, maka dibuatlah Kontrak dan kesepakatan kerjasama. Bila tidak disepakati, maka akan dilakukan negosiasi lanjutan. Setelah kontrak kerjasama selesai dibuat, maka investor bisa memulai pekerjaan Pembangunan Pasar dan Pemda melakukan Pengendalian Mutu sesuai dengan standar konstruksi infrastruktur pemerintah. Setelah pekerjaan mencapai termin 100% dan Pemda telah membayar penuh anggaran proyek, maka dilakukan serah terima proyek antara pihak investor kepada Pemda. Selanjutnya, Pemda melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang berminat untuk menjadi konsumen pasar.

Senin, 26 Januari 2009

SIM Pemerintah Provinsi & Luar Negeri

Berikut ini ditampilkan Sistem Informasi Manajemen Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, diakses dari situs www.kalbar.go.id yang menampilkan pengembangan kebudayaan, pariwisata, dan infrastrukturnya.



Selanjutnya ditampilkan Sistem Informasi Manajemen Pemerintah Negara Malaysia, diakses dari situs www.gov.my yang menampilkan pengembangan pendidikan, ketenagakerjaan, keamanan dan keselamatan, hukum perundang-undangan, kesehatan, pariwisata.



Berikut ini adalah salah satu tampilan website yang memuat hal-hal berbau pornografi.