Jumat, 06 Februari 2009

Proposal SIM Peminjaman Alat

BAB I
P E N D A H U L U A N

1.1. LATAR BELAKANG
Peralatan yang digunakan untuk memperlancar kegiatan - kegiatan belajar mengajar merupakan aset bagi suatu perguruan tinggi. Minimnya ketersediaan alat-alat bantu mengajar seperti Slide Projector, Overhead Projector, laptop akan mempengaruhi mutu dan progress (percepatan) aktivitas yang diselenggarakan. Ketersediaan peralatan ini merupakan faktor pendukung utama dalam penyelenggaraan kegiatan di politeknik mengingat karakteristik politeknik yang menerapkan lebih banyak praktik secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar. Peralatan tersebut harus dikelola agar dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pihak-pihak berkepentingan di lingkungan Politeknik Negeri Bandung termasuk Jurusan Administrasi Niaga. Pihak-pihak berkepentingan yang dimaksud mencakup dosen pengajar dan peserta didik (mahasiswa dan karyasiswa).
Dengan mempertimbangkan segi kuantitas dari peralatan yang tersedia di Jurusan Administrasi Niaga, maka perlu dilakukan optimalisasi sistem peminjaman peralatan. Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi, maka pengelolaan manajemen yang baik tentunya juga harus disertai dengan peningkatan kemampuan individual skill yang baik pula dalam sebuah organisasi.
Jurusan Administrasi Niaga yang memiliki beberapa program studi dengan berbagai aktivitas membutuhkan pelayanan terhadap kebutuhan informasi tentang peminjaman alat untuk menunjang aktivitas-aktivitas jurusan. Program Studi Manajemen Aset merupakan bagian dari Jurusan Administrasi Niaga yang diharapkan dapat melakukan pengelolaan aset secara optimal, termasuk dapat merencanakan Sistem Informasi Manajemen terpadu yang lebih efektif dan efisien. Sistem Informasi Manajemen Peminjaman Alat sebagai media pengolahan informasi akan menciptakan akurasi, kecepatan, dan kelengkapan sebuah sistem yang terintegrasi, sehingga aktivitas dalam organisasi menjadi lebih efisien, terukur, dan fleksibel. Kurang optimalnya pengelolaan peralatan dalam suatu organisasi, dapat menyebabkan terhambatnya keseluruhan aktivitas.

1.2. PERUMUSAN MASALAH
Ada beberapa masalah yang perlu diperhatikan dan dikembangkan dalam perencanaan Sistem Informasi Manajemen Peminjaman Alat, antara lain :
1. Tidak sesuainya jumlah peminjaman terhadap ketersediaan alat.
2. Sistem peminjaman alat yang belum terintegrasi dengan baik.
3. Kurangnya informasi tentang kondisi dan jumlah peralatan sebelum dan sesudah peminjaman alat.

1.3. BATASAN MASALAH
Berdasarkan perumusan masalah dalam Sistem Informasi Manajemen Bagian Peminjaman Alat di Program Studi Manajemen Aset, maka akan dibatasi sebagai berikut:
1. Terkendalanya peminjaman alat bantu untuk kegiatan belajar mengajar dan ekstra kurikuler.
2. Prosedur peminjaman alat yang belum online pada jaringan komputer.
3. Kerusakan dan kehilangan peralatan.


1.4. T U J U A N
Sistem Informasi Manajemen Peminjaman Alat bertujuan sebagai media pengelolaan peminjaman alat secara lebih efisien dan efektif yang diharapkan mampu memperlancar proses belajar mengajar di Jurusan Administrasi Niaga pada umumnya dan secara khususnya di Program Studi Manajemen Aset.
Dengan pembahasan berikutnya, maka secara lebih rinci Sistem Informasi Manajemen Peminjaman Alat ini mempunyai beberapa tujuan antara lain :
1. Dapat menyediakan informasi-informasi yang berkaitan dengan peminjaman alat secara akurat dan aktual.
2. Terlaksananya pengelolaan peminjaman alat dengan prosedur-prosedur yang lebih ramping sehingga dapat memperlancar aktivitas belajar mengajar.
3. Menerapkan prosedur yang baku dan logis untuk penanganan kerusakan dan kehilangan peralatan, baik bagi pihak Bagian Peminjaman Alat maupun pihak peminjam dalam hal ini dosen pengajar.

BAB II
LANDASAN TEORI

Sistem Informasi Manajemen mengacu pada aktivitas yang memusatkan pada struktur basis data yang akan digunakan untuk menyimpan dan mengatur pengguna akhir data (end user). Sistem Informasi Manajemen yang baik dapat memenuhi semua kebutuhan pengguna sehingga strukturnya harus dirancang dengan cermat.
Dalam perancangan Sistem Informasi Manajemen dibutuhkan perancang untuk mengidentifikasi dengan tepat penggunaan sistem informasi diharapkan. Sistem informasi yang terencana dengan baik akan memudahkan pengelolaan data dan memberikan manfaat yang menguntungkan bagi aktivitas-aktivitas yang terintegrasi pada sistem informasi.
Pendekatan sistem merupakan sebuah metodologi yang dapat memperlancar aktivitas organisasi serta pemecahan masalah yang merupakan dampak dari aktivitas-aktivitas tersebut. Kebanyakan metodologi dalam pengembangan sistem memuat prinsip-prinsip dasar sebagai berikut :
1. Menentukan kebutuhan untuk membangun sistem.
2. Menjelaskan tujuan sistem.
3. Menentukan rancangan kebutuhan informasi yang disediakan sistem.
4. Merancang aplikasi dan basis data.
5. Membangun, menguji, dan menerapkan aplikasi dan basis data.

Sebagian besar metodologi mengacu kepada metode tradisional, di mana suatu sistem diibaratkan menjalani siklus yang sama pada siklus makhluk hidup. Metode tradisional ini kemudian dinamakan dengan Metode Siklus Hidup atau System Development Life Cycle ( SDLC ).
Metode Siklus Hidup merupakan metode pengembangan sistem informasi yang mengadopsi siklus pada makhluk hidup dimana setiap tahapan siklus siklus merupakan bagian-bagian yang dilaksanakan secara berurutan dan saling mempengaruhi keberhasilan setiap tahapan. Tahapan-tahapan dalam Metode Siklus Hidup terdiri atas :
1. Tahap Perencanaan, mencakup
a. Pembentukan organisasi pengembangan sistem.
b. Pendefinisian proyek.
c. Membuat studi kelayakan proyek.
d. Membuat proposal proyek.
2. Tahap Analisis, mencakup studi sistem yang ada.
3. Tahap Perancangan, mencakup :
a. Perancangan sistem.
b. Pemrograman.
4. Tahap Implementasi, mencakup instalasi.
5. Tahap Pemakaian, mencakup :
a. Operasi.
b. Pemeliharaan.
Dalam tahap perencanaan dilaksanakan pembentukan struktur tim yang akan mengembangkan sistem informasi. Kemudian dimantapkan kembali pengenalan kepada kondisi aktivitas organisasi yang akan diintegrasikan dalam pengembangan sistem informasi. Selain itu, dipertimbangkan pula segi manfaat pengembangan sistem informasi bagi peningkatan kinerja organisasi sehingga dapat diputuskan untuk menyusun proposal pengembangan sistem.
Pada tahap analisis, dilakukan studi terhadap sistem yang ada dan masih berjalan, serta kekurangan-kekurangan sistem yang menghambat aktivitas organisasi. Berdasarkan kasus-kasus yang sering terjadi pada sistem dan kriteria peningkatan sistem yang diharapkan, maka dilakukan identifikasi terhadap masalah-masalah yang dapat terjadi sebagai dampak dari sistem yang ada, kriteria kinerja yang hendak dicapai, kebutuhan informasi yang akan dikembangkan pada sistem, dan alternatif solusi disertai spesifikasi dan analisa kelayakan dari setiap alternatif yang diusulkan.
Berdasarkan pemilihan solusi terbaik dari alternatif solusi di tahap analisis, pada tahap perancangan dilaksanakan perancangan solusi tersebut bagi pengembangan sistem informasi yang ada disertai spesifikasi rancangan pengembangan sistem yang diharapkan. Setelah disepakati bersama, maka hasil rancangan itu diaplikasikan dalam bahasa pemrograman komputer, agar dapat dioperasikan melalui komputer pada jaringan sistem informasi.
Setelah perancangan sistem informasi yang baru dihasilkan dalam bentuk program komputer, maka sistem informasi tersebut diimplementasikan dengan tahap instalasi dimana terjadi peralihan dari sistem informasi lama ke sistem informasi baru. Dalam menginstalasi sistem informasi yang baru, perlu dijaga agar tidak menimbulkan konflik akibat pergantian sistem informasi ini.
Tahap pemakaian merupakan tahap dimana telah terjadi kemantapan bagi organisasi untuk menjalankan sistem informasi terbaru setelah diinstalasi. Dalam tahap pemakaian ini, operasi sistem informasi terbaru benar-benar diterapkan pada organisasi dan dipantau kemampuannya dalam meningkatkan kinerja organisasi. Bersamaan dengan operasinya, maka dilakukan juga pemeliharaan untuk memaksimalkan fungsi sistem informasi yang baru.

BAB III
PEMECAHAN MASALAH

Dalam pembahasan ini, akan disajikan metode untuk menemukan solusi yang diharapkan akan meningkatkan Sistem Informasi Manajemen Peminjaman Alat di Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Bandung secara umumnya khususnya di Program Studi Manajemen Aset. Adapun metode yang akan dikembangkan adalah metode siklus hidup yang mencakup tahap perencanaan, tahap analisis, tahap perancangan, tahap implementasi, dan tahap pemakaian.

3.1. Tahap Perencanaan
Pengembangan sistem informasi dengan metode siklus hidup diawali dengan tahap perencanaan. Dalam merencanakan suatu sistem informasi, maka dilakukan beberapa langkah berikut secara berurutan dan cermat, agar rencana pengembangan sistem dapat memenuhi kebutuhan informasi yang selama ini belum optimal pelayanannya.

3.1.1. Pembentukan Organisasi Pengembangan Sistem
Penentuan pengembangan sistem dilakukan oleh Komite Eksekutif yang terdiri dari eksekutif puncak organisasi. Kemudian, Komite Eksekutif tersebut memilih personil dari tingkatan eksekutif organisasi, manajer tingkat atas, dan konsultan bila diperlukan untuk membentuk Komite Pengarah Sistem Informasi (Steering Committee) yang bertugas memberikan petunjuk, pengarahan dan kontrol.
Komite Pengarah ini memiliki kewenangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan sehingga sistem informasi yang akan dibentuk dapat menjamin tercapainya tujuan organisasi, pengontrolan keuangan yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem dan pelaksanaan penyelesaian konflik-konflik dan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan peminjaman alat. Komite Pengarah membentuk tim proyek yang diketuai oleh pemimpin proyek yang secara langsung berhubungan dengan pekerjaan pengembangan sistem secara rinci. Tim proyek ini terdiri atas seluruh bagian yang berperan pada pengembangan sistem, meliputi pemakai, para spesialis informasi dan petugas audit internal jika diperlukan.

3.1.2. Pendefinisian Proyek
Kebutuhan dosen dan mahasiswa terhadap peralatan tidak terlepas dari kebutuhan informasi tentang ketersediaan dan kondisi peralatan itu sendiri. Untuk itu, pada Jurusan Administrasi Niaga telah diterapkan sistem peminjaman alat dengan pengisian data peminjaman pada formulir yang dikelola langsung oleh Bagian Peminjaman Alat.
Dengan berkembangnya kegiatan perkuliahan di Jurusan Administrasi Niaga, maka ditemukan beberapa permasalahan yang perlu disikapi sebagai berikut :
1. Keterbatasan jumlah alat bantu yang dapat dipinjamkan untuk kegiatan belajar mengajar dan ekstra kurikuler.
2. Keterbatasan pelayanan informasi yang hemat waktu dan tenaga.
3. Gangguan dan hilangnya peralatan akibat peminjaman.
Untuk itu organisasi pengembangan sistem perlu mengembangkan Sistem Informasi Manajemen terutama dalam hal pelayanan informasi peminjaman alat yang terintegrasi dengan jaringan informasi komputer. Dengan pengembangan sistem ini diharapkan :
1. Dapat meningkatkan pelayanan informasi-informasi yang berkaitan dengan peminjaman alat secara akurat dan aktual.
2. Dapat meningkatkan pengelolaan peminjaman alat dengan prosedur-prosedur yang lebih ramping sehingga dapat memperlancar aktivitas belajar mengajar.
3. Dapat membantu pengambilan keputusan dalam penanganan kerusakan dan kehilangan peralatan akibat peminjaman alat.
Untuk mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Peminjaman Alat, maka organisasi pengembangan sistem akan membuat perancangan metode peminjaman alat yang akan menjadi acuan kerja bagi tim proyek pengembangan sistem. Programmer selaku spesialis informasi akan mengaplikasikan perancangan ke dalam bahasa pemrograman komputer dan menghasilkan software (perangkat lunak) yang dapat diintegrasikan pada Sistem Informasi Manajemen oleh pemakai dan petugas audit internal.
Ide-ide untuk pengembangan sistem ini diperoleh dari hasil kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang mengelola peminjaman alat ataupun pihak yang berkepentingan langsung terhadap peralatan. Dari kesepakatan bersama inilah dilaksanakan pengembangan sistem informasi dimana dalam hal ini digunakan metode siklus hidup. Komite Eksekutif, Komite Pengarah Sistem Informasi, serta tim proyek akan bekerja sesuai dengan tugas masing-masing yang dipadukan untuk mencapai tujuan pengembangan sistem dari tahap perencanaan hingga pemakaian.
Untuk isian data yang terdapat dalam form peminjaman alat pada metode sebelumnya tetap direkomendasikan karena masih sesuai dengan kriteria kebutuhan sistem informasi yang akan dikembangkan. Hanya bentuknya akan diaplikasikan dalam software pada pengembangan sistem dan proses entry data dilakukan secara komputerisasi.

3.1.3. Membuat Studi Kelayakan Proyek
Pengembangan sistem ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja bagian peminjaman alat di Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Bandung, sehingga meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam berbagai kegiatan perkuliahan yang membutuhkan peminjaman alat. Pengembangan sistem dalam usulan ini meliputi perancangan metode peminjaman alat secara komputerisasi yang terintegrasi pada Sistem Informasi Manajemen.
Kelebihan yang dimiliki oleh metode peminjaman alat secara komputerisasi yang terintegrasi pada Sistem Informasi Manajemen adalah sebagai berikut :
a. Ditinjau dari aspek teknis, metode ini akan mempermudah proses entry data karena dapat di editing segera bila terjadi kesalahan pengisian data.
b. Ditinjau dari aspek operasional, proses penyimpanan data lebih aman dan rapi karena berbentuk file komputer. Software-nya didesain oleh programmer sedemikian rupa sehingga mudah digunakan oleh pemakai/operator komputer (user friendly).
c. Ditinjau dari aspek waktu, pengisian data peminjaman alat dilakukan oleh operator komputer yang terampil. Dengan demikian, tidak memerlukan banyak waktu untuk melakukan entry data peminjam. Karena entry data dalam software mencakup juga seluruh permintaan data data metode yang lama, maka peminjam dan operator tidak akan kesulitan dalam proses pengisian data.
d. Ditinjau dari aspek pengembalian, dalam operasional metode ini hemat dari segi bahan (kertas, alat tulis) dan ruang penyimpanan data karena data yang di-entry tersimpan dalam bentuk file di harddisk komputer.
e. Ditinjau dari aspek legal dan etikal, metode ini akan membantu pertanggung jawaban dalam peminjaman alat karena informasinya tersimpan rapi dan aman serta terhubung online dengan jaringan komputer di Jurusan Administrasi Niaga. Dengan demikian akan meningkatkan tanggung jawab dari Bagian Peminjaman Alat untuk menjaga akurasi kinerjanya yang bisa selalu dimonitoring dari jaringan komputer yang terintegrasi dalam Sistem Informasi Manajemen.

3.1.4. Membuat Proposal
Berdasarkan studi kelayakan proyek, maka untuk pengembangan Sistem Informasi Manajemen Peminjaman Alat dirincikan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proyek ini.
Penjabaran tugas dari struktur organisasi pengembangan sistem akan diuraikan sebagai berikut :
a. Komite Eksekutif bertugas sebagai pengambil kebijakan dalam penyelenggaraan proyek dan membentuk Komite Pengarah Sistem Informasi (Steering Committee).
b. Komite Pengarah Sistem Informasi (Steering Committee) bertugas memberikan petunjuk, pengarahan dan kontrol dalam pelaksanaan proyek.
c. Tim proyek bertugas secara langsung berhubungan dengan pekerjaan pengembangan sistem secara rinci.
Kebutuhan tenaga kerja, khususnya dalam tim proyek adalah :

Agar pengembangan sistem ini dapat segera mencapai target dengan hasil yang optimal, maka disusunlah jadwal pelaksanaan sebagai berikut:


JADWAL PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PEMINJAMAN ALAT

KEGIATAN MASA PELAKSANAAN PEKERJAAN (per Minggu)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pengumpulan Data
Analisis Data
Desain Program
Uji Coba Program
Laporan Hasil Pekerjaan
Implementasi

3.2. Tahap Analisis
3.2.1. Studi Sistem Yang Ada
Pada saat ini metode yang digunakan dalam menyediakan informasi peminjaman alat di Jurusan Administrasi Niaga adalah metode pencatatan manual yang bisa meninbulkan hambatan dalam pertanggung jawaban dan penyampaian informasi tentang keberadaan dan kondisi peralatan yang dipinjamkan.
Meskipun pada kenyataannya peminjaman alat dengan metode ini dapat dilakukan dengan tertib dan belum menimbulkan masalah yang berarti, tetapi mengingat semakin padatnya kegiatan dan pemberlakuan Sistem Informasi Manajemen di bagian lain yang berkaitan dengan peralatan, dalam metode ini ditemukan kelemahan pada integrasi terhadap Sistem Informasi Manajemen yang terkait.
Berikut ini dilampirkan Form Peminjaman Alat yang biasa digunakan di Jurusan Tata Niaga.

Formulir ini tidak menyediakan kebutuhan informasi mengenai kondisi alat. Padahal informasi mengenai kondisi alat sangat diperlukan sebagai indikator frekuensi pemakaian alat, perilaku pengguna alat dan informasi ini juga berguna untuk pemeliharaan dan pertimbangan pengadaan alat baru. Informasi yang termuat dalam formulir ini juga akan sulit didistrubusikan dengan cepat bila dibutuhkan oleh bagian lain yang berkepentingan terhadap pengelolaan peminjaman alat, karena dilakukan secara manual.
Selain dari itu kondisi dan keberadaan peralatan sebagai penunjang dalam belajar akan lebih baik apabila prosedur peminjaman dan pemakaiannya dikelola dengan Sistem Informasi Manajemen yang terintegrasi dengan baik, sehingga penyampaian informasi tentang ketersediaan dan keberadaan serta kondisi peralatan akan lebih teratur dan terkontrol sehingga kebutuhan informasi satu sama lain akan terpenuhi dengan baik.
Untuk itu, dengan pengembangan sistem ini diharapkan dapat mencapai kriteria kinerja sistem informasi peminjaman alat sebagai berikut :
a. Akurat dan aktual dalam penyajian informasi peminjaman alat.
b. Mudah dan hemat waktu dalam proses entry data peminjaman alat.
c. Aman dan rapi dalam penyimpanan dan penyajian informasi peminjaman alat.
d. Kemungkinan gagal operasional yang sangat minim.
e. Pertanggungjawaban yang teliti dan jelas.
Kebutuhan informasi yang akan dikembangkan pada sistem informasi peminjaman alat adalah :
a. Ketersediaan alat.
b. Kondisi alat sebelum dan sesudah peminjaman.
c. Jadwal dan rencana pemakaian alat.
d. Frekwensi rata-rata pemakaian alat.
Dalam pengembangan sistem ini terdapat beberapa alternatif dilihat dari keberadaan metode peminjaman alat yang lama, yaitu :
a. Tidak melakukan perubahan pada metode lama dan terus dijalankan.
b. Memadukan metode hasil pengembangan sistem dengan metode lama.
c. Mengembangkan sistem yang sungguh-sungguh baru.
Dalam usulan ini, pengembangan sistem yang diharapkan dilakukan dengan memadukan metode hasil pengembangan sistem dengan metode lama. Dengan demikian, maka tidak akan menimbulkan kesulitan dalam penyesuaian terhadap pengembangan sistem dimana kelancaran proses peminjaman alat tetap diutamakan.
3.3. Tahap Perancangan
3.3.1. Perancangan Sistem
DFD Level 0

DFD Level 1

Asumsi Pada Level 1
Dosen selaku peminjam alat mengajukan permohonan peminjaman ke bagian peminjaman alat. Bagian peminjaman alat melakukan entry data peminjaman pada komputer yang terhubung dengan sistem informasi peminjaman alat dan mengecek ketersediaan alat. Bila alat yang ingin dipinjam tidak ada, maka disampaikan ke peminjam. Bila alat tersebut ada, maka dengan mempertimbangkan kondisinya, alat dapat dipinjamkan ke peminjam setelah peminjaman yang terjadi dientry dan datanya disimpan pada proses data storage di bagian peminjaman alat. Setelah selesai masa peminjaman yang ditetapkan, maka dosen mengembalikan alat dan proses pengembalian ini dientry untuk menyelesaikan peminjaman alat.
DFD Level 2-1

Asumsi Pada Level 2 Untuk 1
Pada DFD ini digambarkan secara khusus proses permohonan peminjaman alat. Dosen mengajukan permohonan peminjaman ke bagian peminjaman alat. Permohonan peminjaman alat tersebut dientry oleh petugas di bagian peminjaman alat ke komputer. Untuk mencegah terkendalanya pencarian ketersedian alat, maka data permohonan peminjaman tersebut disave. Data Storage pada proses ini perlu dilakukan sebagai referensi informasi untuk mengadakan alat yang sering dipinjam dan dibutuhkan.
DFD Level 2-2

Asumsi Pada Level 2 Untuk 2
Setelah proses permohonan peminjaman alat dilaksanakan, maka dilanjutkan dengan proses pengecekan ketersediaan alat. Bila alat yang ingin dipinjam tidak ada, maka segera disampaikan kepada peminjam dengan alasan yang didasarkan pada informasi yang diperoleh. Bila alat tersebut ada, maka perlu dicari lagi informasi mengenai kondisi alat. Bila alat dalam kondisi rusak dan hanya tersedia satu-satunya, maka disampaikan informasinya kepada peminjam agar penolakan peminjaman dapat dimaklumi. Hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah kerusakan yang lebih parah pada alat. Bila tersedia cadangan alat yang kondisinya baik, maka atas kesepakatan antara peminjam dan bagian peminjaman alat, cadangan itu disetujui untuk dipinjamkan. Bila kondisi alat baik, maka peminjaman dapat langsung disetujui. Proses peminjaman dientry dan disimpan pada data storage di bagian peminjaman alat.
DFD Level 2-3

Asumsi Pada Level 2 Untuk 3
Setelah masa peminjaman alat yang ditentukan selesai, maka dosen selaku peminjam mengembalikan alat. Bagian peminjaman alat menerima dan memeriksa kondisi alat sesudah dan sebelum dipinjamkan, terutama dari segi kelengkapan alat. Data pengembalian alat dientry dan disimpan pada data storage di bagian peminjaman alat sebagai informasi bagi peminjaman alat yang serupa di lain waktu.

ERD (Entity Relationship Diagram)

3.3.2. Spesifikasi Perangkat Keras (Hardware) SIM
Perangkat keras yang dibutuhkan dalam mengembangkan sistem informasi dibagi atas sistem komputer dan sistem jaringan komputer.
Spesifikasi komputer yang direkomendasikan untuk mengoperasikan sistem informasi manajemen peminjaman alat adalah sebagai berikut :

Untuk perangkat sistem jaringan komputer yang digunakan adalah sistem LAN (Local Area Network) untuk menjamin keamanan data dari interfensi pihak-pihak lain yang tidak berkepentingan. Komponen-komponen yang dibutuhkan untuk membangun jaringan LAN pada sistem informasi manajemen peminjaman alat adalah sebagai berikut :
1. File Servers
2. Workstations
3. Network Interface Cards
4. Concentrators/Hubs
5. Repeaters
6. Bridges
7. Routers


Untuk pengadaan perangkat-perangkat diatas dibutuhkan dana secara global sebesar Rp 30.000.000,- (Tiga Puluh Juta Rupiah).
3.4. Tahapan Implementasi
Konsep dan sistem yang telah dibangun dan sudah di aplikasi untuk menjalankan penyampaian informasi tersebut, nantinya akan siap digunakan dan terlebih dahulu akan dilakukan pemasangan perangkat keras dan performance test, dan apabila tidak mengalami kendala teknis dalam penerapannya, selanjutnya akan dilakukan pembekalan dengan pelatihan teknis dalam menjalankan konsep yang telah dibangun tadi kepada staf pada bagian peralatan dan perlengkapan.

3.5. Tahap Pemakaian
3.5.1. Kemudahaan yang diciptakan dari penerapan Sistem Informasi Manajemen Terpadu
a. Dalam Struktur Organisasi
Dengan menggunakan sistem ini, maka sangat mendukung pelaksanaan TUPOKSI dengan cepat dan mudah, sehingga lebih jelas penyampaian informasi dan keberadaan peralatan dan perlengkapan tersebut.
b. Dalam Struktur Operasi Organisasi
1. Memberikan gambaran yang jelas dan nyata tentang keadaan Data Barang.
2. Mempercepat proses penyamapaian informasi dan memudahkan untuk membuat laporan-laporan mengenai setiap jenis barang yang akan, sedang terpakai dan yang masih belum terpakai.
3. Pengarsipan data terjamin dan teratur serta dapat digunakan untuk mendapatkan informasi yang up to date dalam mendukung pengambilan keputusan.
c. Dalam Sumber Daya Organisasi
1. Memudahkan Pimpinan untuk memonitoring kemajuan dan status dari setiap jenis barang, baik secara teknis, non teknis maupun kinerja para pelaksanaannya.
2. Terjadi efektifitas kerja pada bagian peralatan dan perlengkapan.
3. Menyajikan informasi tentang peralatan dan perlengkapan dengan cepat, tepat waktu, relevan, dapat dipercaya dan mudah dimengerti.

BAB IV
P E N U T U P

Dari penulisan proposal yang telah dilakukan maka penulis dapat memberikan kesimpulan dan saran seperti yang dapat dilihat pada sub bab-sub bab berikut :

4.1. Kesimpulan
1. Sistem informasi manajemen terutama mengenai Standar Operasional Prosedur (SOP) pengajuan ATK/Barang di lembaga pendidikan sangat diperlukan untuk kemudahan informasi bagi dosen pengajar dan staf yang ada di Jurusan Administrasi Niaga dalam memudahkan proses belajar mengajar.
2. Secara garis besar kegiatan pembuatan Sistem Informasi Manajemen mengenai Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengajuan ATK/Barang dapat membantu dosen didalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk belajar mengajar.
3. Secara umum, bentuk dan macam atk/barang yang dibutuhkan oleh dosen pengajar dilihat berdasarkan hasil inventarisasi aset di Jurusan Administrasi Niaga khususnya kegiatan inventarisasi yang dilakukan oleh Urusan Inventaris.

4.2. Saran
Sistem informasi untuk pengajuan atk/barang yang ada di Jurusan Administrasi Niaga hendaknya dikembangkan melalui pengembangan sistem informasi berbasis komputer jaringan yang mendukung kegiatan sistem informasi tersebut terutama menyangkut Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk mempermudah pengaksesan, penyampaian dan up date informasi dari Jurusan Administrasi Niaga ke Dosen pengajar dan staf yang lain yang ada Jurusan Administrasi Niaga.

Tidak ada komentar: